SOLOPOS.COM - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (kanan) bersama istrinya Happy Farida (tengah) dan para pendukungnya berswafoto di Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (17/11/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Muhammad Iqbal)
Pengadang kampanye Djarot yang diketahui sehari-hari bekerja sebagai tukang bubur di Kembangan, mengungkapkan alasan aksinya.
Solopos.com, JAKARTA — NS, pelaku penghadangan kampanye Djarot Saiful Hidayat, akhirnya diizinkan pulang setelah menjalani pemeriksaan pada Selasa (22/11/2016) mulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB dini hari. Pria 52 tahun ini diketahui berprofesi sebagai tukang bubur di wilayah Kembangan, Jakarta Barat.
Setelah ditetapkan sebagai tersangka, NS bisa terancam hukuman pidana satu hingga enam bulan. “Dengan sangat terpaksa kami harus lakukan penangkapan karena dalam proses waktu kita sedikit. NS sendiri sudah diperiksa oleh penyidik Subdit Keamanan Negara sejak pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 01.00 dini hari. Siang ini sudah dipulangkan,” jelas Awi, Rabu (23/11/2016).
Sesuai dengan UU No. 10/2016 pasal 187 ayat (4) terkait pilkada setiap orang yang dengan sengaja mengacaukan, menghalangi, atau mengganggu jalannya kampanye, dipidana dengan pidana penjara paling singkat satu bulan atau paling lama enam bulan dan/atau denda paling sedikit Rp600 ribu atau paling banyak Rp6 juta.
Menurut Awi, NS mengaku tindakan menghadang tersebut dilakukan secara apontan karena dia membenci Gubernur DKI non aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). “Yang bersangkutan tidak suka sama bapak Basuki Tjahaja Purnama. Hal itu berimbas ke pasangan calon nomor 2,” katanya.
Sejauh ini, menurut Awi, berdasarkan pengakuan NS dirinya baru sekali ini melakukan penghadangan kampanye pasangan calon gubernur wakil Gubernur DKI Jakarta.