News
Rabu, 6 Maret 2013 - 10:44 WIB

Perum Navigasi Akan Ganti Peranti Kontrol Lalu Lintas Udara di Bandara Soekarno-Hatta

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana ruang kontrol lalu lintas penerbangan. Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia akan mengganti alat navigasi di Bandara Soekarno-Hatta dengan Emergency- Jakarta Automated Air Traffic Control System atau E-JAATS di Bandara Soekarno-Hatta pada April 2013 demi peningkatan kualitas layanan navigasi dan keselamatan penerbangan. (bandarudara.com)

Suasana ruang kontrol lalu lintas penerbangan. Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia akan mengganti alat navigasi di Bandara Soekarno-Hatta dengan Emergency- Jakarta Automated Air Traffic Control System atau E-JAATS di Bandara Soekarno-Hatta pada April 2013 demi peningkatan kualitas layanan navigasi dan keselamatan penerbangan. (bandarudara.com)

TANGERANG — Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia akan mengganti alat navigasi di Bandara Soekarno-Hatta dengan Emergency- Jakarta Automated Air Traffic Control System atau E-JAATS di Bandara Soekarno-Hatta pada April 2013.
Advertisement

Penggantian alat navigasi ini karena alat yang lama yakni Jakarta Automated Air Traffic Control System (JAATS) di Bandara Soekarno-Hatta dinilai sudah tidak layak melayani navigasi udara yang semakin padat mengingat usianya yang sudah lebih dari 20 tahun.

Direktur Utama Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (PPNPI) atau AirNav Indonesia, Ichwanul Idrus mengatakan proses penggantian alat navigasi udara dari JAATS menjadi E-JAATS ini akan dilakukan pada tengah malam atau dini hari ketika penerbangan masih sepi. “Kami berfikir, sistem E-JAATS ini mampu menjadi pengganti sistem automasi JAATS yang lama, karena sistem yang lama ini sudah tak layak beroperasi lagi karena sudah sangat using,” kata Ichwanul kepada Bisnis.com.

Dia menjelaskan alat automasi navigasi yang lama, atau JAATS, sudah berumur 27 tahun. Idealnya alat navigasi hanya digunakan 15-20 tahun, dan disesuaikan dengan kepadatan penerbangan yang dilayaninya. “Semakin padat, usia pakainya juga harusnya semakin singkat. Nah, JAATS malah sudah sangat tua dan yang dilayaninya juga sudah sangat padat.”

Advertisement

Berdasarkan ketentuan International Civil Air Organization (ICAO), perangkat sistem ATC hanya bisa dioperasikan maksimal 10-15 tahun. Menurutnya, sistem E-JAATS ini memang sudah tersedia saat ini, yang merupakan sistem cadangan dari JAATS di Bandara Soekarno-Hatta. E-JAATS merupakan sistem back up (cadangan) ketiga setelah Jakarta Automatic System (JAS). “Kami tidak pakai JAS, karena dari sisi kehandalannya, kurang ok ketimbang E-JAATS,” tuturnya.

Sistem E-JAATS ini, lanjut Ichwanul, dapat melayani navigasi untuk 2.200 pergerakan pesawat per hari. Namun kemampuannya bisa ditambah dengan memberi sedikit modifikasi. “Kami akan melakukan modifikasi dengan menambah sektor pemantauan dari yang saat ini terbagi dalam tujuh sektor, menjadi 12 sektor, dengan menggunakan E-JAATS.”

Sebenarnya, imbuh Ichwanul, yang paling ideal itu adalah menggunakan sistem terbaru yakni JAATS 2 yang saat ini masih proses tender oleh PT Angkasa Pura II. Namun proses tender belum kunjung tuntas yang sudah dimulai pada 2010. “Kalau kita menunggu JAATS 2 ini, alat JAATS sekarang tidak dapat lagi digunakan untuk melayani navigasi, padahal permintaan akan penerbangan terus meningkat. Kalau alat navigasinya tidak dapat melayani lagi, bisa membahayakan penerbangan,” tukasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif