News
Kamis, 31 Mei 2018 - 04:30 WIB

Perubahan Karakteristik Merapi, Letusan Freatik Pertanda Magma Naik

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SLEMAN</strong> — Pakar Kegunungapian yang juga Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Profesor Sari Bahagiarti, menilai letusan freatik <a href="http://news.solopos.com/read/20180527/496/918775/2-kemungkinan-merapi-awan-panas-atau-status-turun-normal-lagi" target="_blank">Gunung Merapi</a> yang terjadi berkali-kali bisa menjadi pertanda magma mulai naik ke permukaan. Letusan itu sekaligus pertanda bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan.</p><p>Sari menilai letusan freatik Merapi yang terjadi beberapa kali merupakan isyarat bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan. "Menurut saya tetapi mungkin saya keliru, jadi erupsi-erupsi freatik kemarin yang sudah terjadi beberapa kali kemarin, menurut saya sebagai isyarat dari Merapi kepada semua pihak untuk waspada," terangnya kepada <em>Harian Jogja</em>, Senin (28/5/2018).</p><p>Apalagi, kata dia, posisi saat ini sudah delapan tahun sejak erupsi 2010 silam. Padahal siklus pada Merapi biasanya empat tahunan, terutama berdasarkan pengamatan data sejak 1960-an hingga 2000-an. "Tetapi sejak 2010 ini kok lebih dari empat tahun."</p><p>Ia menambahkan, freatik bisa saja sebagai <a href="http://news.solopos.com/read/20180530/496/919328/kelihatannya-tenang-aktivitas-vulkanis-gunung-merapi-tetap-terjadi" target="_blank">peringatan menuju magmatik</a>. Jika pada freatik letupan yang terjadi berupa air panas karena ada kontak dengan magma. "Air berubah menjadi uap membawa serta gas-gas kemudian tekanannya tinggi lalu keluar [letusan freatik]. Kalau magmatik, magmanya ini yang keluar [meletus]," ujarnya.</p><p>Sari tak menampik apapun bisa saja terjadi berkaitan dengan gunung api. Ia kembali kembali mengatakan, letusan freatik yang terjadi berkali-kali menandakan magma sudah mulai naik atau mendekati ke permukaan. "Semoga saya keliru," ucapnya.</p><p>Kepala Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM Djati Mardiatno menyatakan perubahan <a href="http://news.solopos.com/read/20180526/496/918576/ini-wilayah-lerang-merapi-yang-paling-dikhawatirkan-putra-mbah-marijan" target="_blank">karakteristik Merapi</a> harus disikapi dengan penyesuaian proses mitigasi. Namun secara umum kebutuhan logistik, jalur evakuasi dan lokasi pengungsian harus disiapkan lebih awal untuk mengantisipasi ketika dibutuhkan mendadak.</p><p>Salah satu aktivitas yang cukup menonjol dalam dua hari terakhir adalah munculnya embusan dan guguran. Embusan menandakan aktivitas di permukaan untuk pelepasan gas, sedangkan guguran menandakan adanya material yang terlepas.</p><p>Pada Selasa (29/5/2018), terjadi dua kali embusan dan meningkat menjadi tiga kali embusan pada Rabu (30/5/2018) hingga pukul 12.00 WIB. Begitu pula dengan guguran dari enam kali menjadi tujuh kali pada hari ini.</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif