News
Jumat, 30 Mei 2014 - 08:30 WIB

PERTUMBUHAN EKONOMI : Triwulan Pertama, Pertumbuhan Ekonomi Soloraya Melambat

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (JIBI/Harian Jogja/Dok.)

Solopos.com, SOLO--Pertumbuhan ekonomi Soloraya pada triwulan pertama tahun ini melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini seiring dengan melambatnya penyaluran kredit.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Ismet Inono, menyampaikan penyaluran kredit pada April tumbuh 19,7% atau sekitar Rp48,2 triliun. Namun jika dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (year on year/yoy) mengalami pelambatan sekitar 21,6%.

Advertisement

Pelambatan penyaluran kredit tersebut berlaku untuk semua jenis kredit, yakni kredit investasi, modal kerja dan konsumsi. Meski begitu, penyaluran kredit tetap meningkat meski tidak setinggi bulan sebelumnya, yakni 38,3% (invvestasi), 19,2% (modal kerja) dan 11,7% (konsumsi).

“Pelambatan itu karena di sektor industri untuk ekspor tidak sekuat tahun sebelumnya. Hal ini karena negara tujuan ekspor mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sehingga permintaan turun,” ungkap Ismet saat jumpa pers Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Soloraya di Ruang Sabha Karya Darma, Rabu (28/5/2014).

Selain itu, Ismet juga menyampaikan dibatasinya ekspor dan impor juga menjadi kendala pertumbuhan ekonomi. Penurunan ekspor yang paling terasa adalah di bidang mineral dan batu bara (minerba). Hal ini karena perusahaan pertambangan diminta membangun smelter.

Advertisement

Pelambatan penyaluran kredit juga dipicu adanya bunga yang terus meningkat. Hampir semua bunga jenis kredit meningkat, yakn investasi dan modal kerja sedangkan bunga kredit konsumsi cenderung stabil. Kenaikan bunga tersebut menyebabkan rata-rata suku bunga mencapai 12,69%.

Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) justru terus tumbuh positif. Tercatat ada pertumbuhan sekitar 18,8% yoy dan tumbuh 15,9% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau setara dengan Rp42,2 triliun. Deposito masih menjadi pilihan nasabah untuk menyimpan uang dengan pertumbuhan 33,7%, diikuti giro (17,8%) dan tabungan (8,9%).

Lebih lanjut, Ismet menyatakan pelaksanaan pemilihan legilatif (pileg) tidak memberi kontribusi yang banyak pada pertumbuhan ekonomi. Bahkan meleset dari perkiraan awal, yakni 0,1%-0,2% sumbangan ke ekonomi nasional. Selain itu, konsumsi BBM yang diperkirakan meningkat pun cenderung stabil. Pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) dinilai juga seperti pilpres yang tidak memberi banyak kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif