News
Minggu, 17 Mei 2015 - 07:00 WIB

PERINGKAT SEKOLAH GLOBAL : Singapura Pertama, Indonesia Kedelapan dari Bawah

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Teknisi (kiri) membetulkan jaringan Internet saat sosialisasi UN CBT di SMK Negeri 3 Kota Madiun, Jawa Timur, Selasa (24/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Peringkat sekolah global dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)

Solopos.com, JAKARTA — Organisasi Kerja sama dan Pembangunan Eropa atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) merilis hasil analisa peringkat sekolah global. Dari 76 negara yang dianalisa, Singapura berada di peringkat pertama sementara Indonesia peringkat kedelapan dari bawah.

Advertisement

OECD merupakan organisasi internasional yang beranggotakan 30 negara. Negara yang bergabung di OECD ini menerima prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas.

Sebagaimana dilaporkan BBC dan dikutip Detik, Rabu (13/5/2015), dari hasil analisa OECD Asia menempati lima posisi teratas sementara negara-negara Afrika dengan peringkat terendah. Singapura memimpin di peringkat pertama, diikuti oleh Hong Kong. Ghana menduduki posisi terbawah. Indonesia menduduki posisi nomor 69 dari 76 negara.

Advertisement

Sebagaimana dilaporkan BBC dan dikutip Detik, Rabu (13/5/2015), dari hasil analisa OECD Asia menempati lima posisi teratas sementara negara-negara Afrika dengan peringkat terendah. Singapura memimpin di peringkat pertama, diikuti oleh Hong Kong. Ghana menduduki posisi terbawah. Indonesia menduduki posisi nomor 69 dari 76 negara.

Inggris menempati peringkat 20, sedangkan beberapa negara Eropa lainnya berprestasi lebih baik. Amerika Serikat bertengger di posisi 28.

OECD menyebutkan perbandingan itu diambil berdasarkan hasil tes di 76 negara serta menunjukkan hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.

Advertisement

Singapura Pernah Buta Huruf

Peringkat pertama, Singapura ternyata pada tahun 1960an sempat memiliki jumlah tinggi warga yang buta huruf, kata Schleicher. Hasil ini menunjukkan tingkat kemajuan yang dapat dicapai.

Di Inggris, penelitian menunjukkan sekitar satu dari lima anak-anak meninggalkan sekolah sebelum menyelesaikan pendidikan tingkat dasar.

Advertisement

Dan menurut OECD, jika jumlah ini bisa dikurangi dan keahlian mereka dipertinggi, Inggris akan bisa mendapat tambahan triliunan dolar bagi ekonomi Inggris.

Analisa itu yang berdasarkan hasil tes matematika dan ilmu pengetahuan adalah peta global yang jauh lebih luas dibandingkan tes Pisa OECD sebelumnya yang berfokus pada negara-negara industri lebih makmur.

Tabel terbaru yang memeringkat lebih dari sepertiga negara-negara dunia, menunjukkan posisi negara seperti Iran, Afrika Selatan, Peru dan Thailand dalam skala internasional.

Advertisement

Terlihat juga sekali lagi performa buruk AS yang merosot di bawah sejumlah negara Eropa dan disalip oleh Vietnam. Tabel juga menunjukkan posisi Swedia yang menurun, senada peringatan OECD pekan lalu mengenai masalah pada sistem pendidikan mereka.

Temuan ini akan disampaikan secara resmi pada Forum Pendidikan Dunia di Korea Selatan pekan depan, saat PBB akan mengadakan konferensi untuk sasaran peningkatan pendidikan global pada tahun 2030.

Lima posisi teratas diambil oleh negara-negara Asia – Singapura, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan dan Jepang.

Lima negara dengan peringkat terendah adalah Oman di posisi 72, Maroko, Honduras, Afrika Selatan dan Ghana di tempat terakhir.

“Jika anda masuk ke ruang kelas di Asia anda akan menemui para guru yang menekankan setiap siswanya harus berhasil. Terdapat sikap tegas, fokus dan koherensi,” kata Schleicher.

Pardada-Pardadi India 

“Negara-negara itu juga sangat pandai dalam merekrut guru-guru berbakat untuk mengajar di ruang kelas yang paling menantang, sehingga setiap siswa diberi akses ke guru-guru terbaik.”

Laporan yang diluncurkan oleh OECD dan dirangkum oleh Eric Hanushek dari Universitas Standford dan Ludger Woessmann dari Universitas Muenchen ini mengatakan bahwa standar pendidikan merupakan “alat prediksi bagi kesejahteraan jangka panjang suatu negara.”

“Kebijakan dan praktik pendidikan buruk mengakibatkan banyak negara mengalami keadaan seperti resesi ekonomi,” kata laporan itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif