News
Sabtu, 7 Desember 2013 - 01:21 WIB

Perguruan Tinggi se-Indonesia Timur Dirikan BPR Syariah

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo BI (google.img)

Solopos.com, MAKASSAR – Bank Indonesia (BI) menyatakan siap memfasilitasi pembentukan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di tingkat perguruan tinggi (PT) se-wilayah Indonesia Timur.

Causa Iman Karana, Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah I Sulampua Grup Ekonomi dan Keuangan, mengatakan rencana sejumlah perguruan tinggi yang bakal mendirikan BPRS bisa lebih memperluas akses pembiayaan bagi masyarakat.

Advertisement

“Pendirikan BPRS itu modalnya tidak terlalu besar dan bank sentral tentu akan memfasilitasi dan memberikan arahan. Tetapi hanya sebatas itu yang dapat kami lakukan karena per 1 januari 2014 pengawasan perbankan sudah akan beralih ke OJK,” ucapnya, di sela-sela pendatangan MoU pendidikan antara Bank Indonesia dengan 13 PT Indonesia Timur, Jumat (6/12/2013).

Menurutnya, pendirian BPRS di tingkat universitas juga diperkirakan bisa lebih menggenjot pembentukan entrepreuner di kalangan mahasiswa yang membutuhkan modal dalam merintis bisnis.

“Di Universitas Gajah Mada (UGM) juga sudah terbentuk hanya bentuknya yang konvensional,” imbuhnya.

Advertisement

Adapun, pendirian BPRS di tingkat PT se – Indonesia Timur merupakan inisiasi dari Universitas Negeri Makassar (UNM) yang diharapkan mampu memacu daya saing usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) entrepreneur muda dari kampus.

Rektor UNM Prof Arismunandar mengatakan setiap PT di Indonesia Timur memiliki potensi untuk mendirikan lembaga perbankan, dimana perputaran uang yang terjadi di lingkup kampus sangat besar. Sehingga jika modal tersebut mampu dikelola, akan berdampak lebih signifikan.

Menurutnya, untuk tahap awal pendirian BPRS PT se Indonesia Timur, telah dibentuk dewan syariah yang terdiri dari Guru Besar Fakultas Ekonomi Unhas Prof Halide dan Guru Besar Fakultas Hukum Unhas Prof Arfin.

Advertisement

“Dan sebagai modal awal, kita telah menyiapkan Rp1,5 miliar dan diperkirakan akan bertambah hingga Rp2 miliar pada akhir tahun ini,” katanya..

Menurut Arismunandar, kebutuhan perbankan untuk meningkatkan pengembangan kewirausahaan sangat dibutuhkan. Jika pembiayaan hanya menitikberatkan pada koperasi di tingkat universitas, maka jangkauannya sangat terbatas, hanya pada keanggotaan saja.

“Sementara untuk pembiayaan perbankan konvensional,  wirausahawan pemula akan terkendala di agunan,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif