News
Jumat, 2 Agustus 2013 - 00:45 WIB

PENYERGAPAN TERORIS TULUNGAGUNG : Eko Suryanto Masuk DPO Polisi sejak 2010

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Polisi berjaga di kala tim identiikasi Polres Tulungagung melakukan olah TKP penyergapan terduga teroris di Jl Pahlawan Tulungagung, Jawa timur, Senin (22/7/2013). Ternyata satu dari dua terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 Antiteror Polri di tempat itu adalah remaja Klaten. (JIBI/Solopos/Antara/Sahlan Kurniawan)

Polisi berjaga di kala tim identiikasi Polres Tulungagung melakukan olah TKP penyergapan terduga teroris di Jl Pahlawan Tulungagung, Jawa timur, Senin (22/7/2013). Ternyata satu dari dua terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 Antiteror Polri di tempat itu adalah remaja Klaten. (JIBI/Solopos/Antara/Sahlan Kurniawan)

Solopos.com, JAKARTA — Hasil pemeriksaan DNA jenazah teroris yang ditembak mati personel Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Tim disaster victim identification (DVI) Polri memastikan lelaki yang disebut Rizal adalah Eko Suryanto, remaja asal Klaten.

Advertisement

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Ronny F Sompie di Jakarta, Kamis (1/8/2013), menjelaskan kedua terduga teroris itu sudah lama masuk daftar pencarian orang (DPO) polisi. “Kedua orang ini sesuai data, yakni merupakan DPO terkait jaringan teroris yang sudah ditetapkan sejak jauh-jauh hari sebelumnya,” katanya

Ronny memaparkan penetapan Hidayat masuk DPO polisi sejak Maret 2012. Hidayat masuk daftar buronan Densus karena pernah mengikuti pelatihan teror ala militer di Poso, Sulawesi Tengah.

Hidayat kemudian menjadi penyandang dana kelompok Poso, termasuk kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso yang saat ini masih buron. Mereka melakukan pembalian senjata api dan latihan militer di Poso. Saat hendak ditangkap bersama Eko pada 22 Juli lalu di Tulungagung, polisi mendapati senjata api Revolver ditangan Hidayat.

Advertisement

Sedangkan Eko Suryanto masuk dalam DPO sejak 2011 karena terlibat kegiatan teror kelompok Klaten, Solo, dan Sukoharjo. Eko merupakan anak buah Roki Aprisdianto alias Atok yang saat ini masih menjalani hukuman, dan Sigit Qurdlowi yang meninggal dunia saat hendak ditangkap beberapa waktu lalu.

Selain menjadi perakit bom kelompok Klaten, Solo, dan Sukoharjo, Eko juga terlibat dalam pengeboman Gereja Katolik Kristus Raja di Sukoharjo dan di Gereja Gawok di Solo. Saat hendak ditangkap bersama Hidayat di Tulungagung, polisi menemukan mortir atau bom lontar yang dibawa Eko.

“Jenazah keduanya saat ini masih berada di RS Polri RS Soekanto untuk dikembalikan pada pihak keluarga,” terang Ronny.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif