News
Selasa, 26 November 2013 - 15:48 WIB

PENYADAPAN AUSTRALIA : SBY Gelar Rapat Bahas Surat Tony Abbot

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana sidang kabinet di Istana Kepresidenan Jakarta.(JIBI/Solopos/Antara)

Solopos.com, JAKARTA — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara khusus menggelar rapat kabinet guna membahas surat balasan Perdana Menteri Australia Tony Abbot terkait persoalan penyadapan.

SBY mengatakan rapat tersebut digelar untuk membahas perkembangan terkini soal Australia. Utamanya, setelah Abbot memberikan surat balasan terhadap surat yang dikirimkan oleh SBY sebelumnya.

Advertisement

“Juga harus mengambil langkah-langkah yang tepat dan apa yang terjadi beberapa saat yang lalu tidak terulang kembali,” ujar Presiden di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (26/11/2013) siang.

SBY mengemukakan harapan ke depan, hubungan kedua negara didasari dengan rasa saling percaya antara Indonesia dan Australia. “Terlebih Indonesia terhadap Australia atas terjadinya penyadapan terhadap pemimpin dan pejabat Indonesia,” katanya.

Pekan lalu, SBY mengirimkan surat kepada Abbot yang meminta penjelasan terkait isu penyadapan yang dilakukan oleh Pemerintah Australia terhadap telepon genggam Presiden RI dan sejumlah pejabat di lingkaran dalam presiden. SBY kemudian menerima surat balasan dari Abbot, Sabtu (23/11/2013), ketika sedang berada di Bali untuk menghadiri acara World Culture Forum.

Advertisement

Menurut Juru Bicara Presiden Julian A. Pasha, surat balasan Abbot sesuai dengan yang diharapkan pihak Pemerintah Indonesia. Hanya saja, Julian enggan mengungkapkan isi balasan surat Abbot tersebut.

“Saya tentu tidak dalam kapasitas bisa memberikan informasi mengenai isi surat dari PM Abbot. Namun jawaban dari PM Abbot tentu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Saya berhenti di sana,” ujar Julian.

Sementara itu, terkait dengan berkembangnya dugaan keterlibatan Singapura dan Korea Selatan di dalam aksi penyadapan yang dilakukan Australia, Julian menyatakan akan mengkajinya terlebih dahulu. “Kami belum mendapatkan klarifikasi atau informasi yang lebih akurat mengenai hal itu. Kami juga mendengarnya dari media massa. Nanti kita sama-sama pelajari lah mengenai apa yang kita dengar dari berita tersebut,” katanya.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif