News
Rabu, 24 Februari 2016 - 07:15 WIB

PENGENTASAN KEMISKINAN : BPS: Kemiskinan Berkurang Jika Orang Berhenti Merokok

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi stop merokok (Bisnis.com)

Pengentasan kemiskinan di Tanah Air dinilai bisa dipercepat bila orang-orang meninggalkan kebiasaan merokok.

Solopos.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan angka kemiskinan di Indonesia bisa berkurang bila konsumsi tembakau dikendalikan dan orang miskin tidak lagi merokok.

Advertisement

“Bila uang untuk membeli rokok digunakan memenuhi gizi keluarga, rumah tangga miskin bisa lebih sejahtera,” kata Kepala Subdit Statistik Kerawanan Sosial BPS Ahmad Avenzora dalam Seminar Gizi Kurang, Kemiskinan, dan Konsumsi Rokok di Jakarta, Selasa (23/2/2016).

Ahmad mengatakan konsep kemiskinan yang digunakan BPS adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan.

Kebutuhan dasar makanan ditentukan sebesar 2.100 kilokalori per kapita per hari berdasarkan 52 jenis komoditas makanan dan minuman serta tembakau.

Advertisement

Kebutuhan dasar bukan makanan ditetapkan berdasarkan 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan.

“Tembakau dan rokok sama sekali tidak memiliki nilai kalori sehingga tidak menyumbang apa pun dalam mengangkat rumah tangga miskin dari garis kemiskinan. Tentu sangat berbeda bila uang untuk membeli rokok digunakan untuk membeli telur,” tutur dia.

Ahmad mengatakan rokok kretek filter berada pada posisi kedua sebagai komoditas yang memberi pengaruh besar terhadap garis kemiskinan.

Advertisement

Berdasarkan survei BPS pada September 2015, rokok kretek filter menyumbang kemiskinan 8,08 persen di perkotaan dan 7,68 persen di perdesaan.

Seminar itu diselenggarakan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Jakarta.

Selain Ahmad, pembicara lainnya adalah Manajer Program Pajak Tembakau Aliansi Pengendalian Tembakau Asia Tenggara (SEATCA) Sophahan Ratanachena, ahli gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Diah Mulyawati Utari, dan Wakil Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Abdillah Ahsan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif