News
Sabtu, 13 Juni 2015 - 14:50 WIB

PENGATURAN PERDAGANGAN : JK Menilai Perpres Pengendalian Harga Pangan Belum Perlu

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas pedagang di pasar tradisional. (Harian Jogja-Endro Guntoro)

Pengaturan perdagangan dengan menggunakan Perpres pengendalian harga dinilai Wakil Presiden belum diperlukan.

Solopos.com, JAKARTA—Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai pemerintah tak perlu menerbitkan Peraturan Presiden tentang Pengendalian Harga Kebutuhan Pokok untuk menjaga kondisi pangan menjelang Ramadan dan Lebaran.

Advertisement

Menurut dia, Indonesia menganut sistem ekonomi pasar, sehingga tak semua proses perdagangan pangan harus diatur melalui Perpres pengendalian harga.

“Ini kan eknomi pasar. Tak semua begitu ada Perpres langsung teratur, tidak,”katanya, Jumat sore (12/6/2015).

Dia menjelaskan stabilitas harga kebutuhan pokok akan tercipta jika kondisi ketersediaan produksi pangan aman. Jadi, hal penting yang harus dilakukan pemerintah adalah menyiapkan produksi pangan yang cukup bagi masyarakat.

Advertisement

“Penyebab kebutuhan pokok itu aman [adalah] produksinya. Stoknya bukan Perpres-nya. Kalau semua diselesaikan dengan perpres, ini gampang diatur,”sambungnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengungkapkan adanya wacana penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) Pengendalian Harga Kebutuhan Pokok dan Kebutuhan Penting.

Hal itu memberi wewenang pemerintah untuk mengendalikan harga dan menjamin ketersediaan bahan pokok sesuai amanat Undang-undang Perdagangan No.7/2014.

Advertisement

Pakar Pertanian Khudori menilai Perpres pengendalian harga mungkin bisa menjadi instrumen pendorong stabilisasi harga kebutuhan pokok, tapi bukan satu-satunya yang mesti dilakukan pemerintah.

Menurut dia, faktor utama penyebab ketidakstabilan harga adalah kuantitas produksi yang selama ini tidak mampu mengimbangi konsumsi yang naik rata-rata mencapai 5%. Pemerintah juga dianggap tidak memiliki instrumen intervensi yang cukup, termasuk pada komoditas beras.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif