News
Jumat, 19 Agustus 2011 - 12:57 WIB

Pengamat yakini nilai rupiah bertahan di Rp 8.500-Rp 8.550 per dolar AS

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Jakarta (Solopos.com) – Pengamat pasar uang, Anthony Soewandi, Jumat (19/8/2011) memperkirakan rupiah kemungkinan masih tetap berada dalam kisaran Rp 8.500 sampai Rp8.550 per dolar AS, karena pada posisi tersebut pendapatan pemerintah dari ekspor akan tetap tinggi. Anthony menyebut, rupiah sebelumnya sempat berada di bawah angka Rp 8.500 per dolar, namun tidak bertahan lama, karena eksportir meminta Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi agar rupiah kembali di atas Rp 8.500 per dolar.
Advertisement

Karena itu, menurut Anthony Soewandy yang juga Direktur Retail Banking PT ANZ Panin Bank, rupiah kemungkinan akan tetap dijaga BI agar tetap berada pada kisaran Rp 8.500 sampai Rp 8.550 per dolar AS. Hal ini terlihat sejak tiga minggu lalu rupiah tidak menentu dan berfluktuasi meski dalam kisaran sempit, karena pergerakannya terus dipantau BI, katanya. Ia mengatakan, pelaku asing yang aktif melakukan pembelian surat utang negara (SUN) seharusnya dapat memicu rupiah menguat. Namun rupiah masih saja belum bergerak naik dalam kisaran yang melebar, bahkan cenderung turun, katanya.

Rupiah tetap dijaga BI, meski permintaan asing terhadap SUN melebihi sehingga dana itu dialihkan ke pasar saham yang mendorong indeks harga saham gabungan menembus level 4.000 poin. Hal ini disebabkan pelaku asing masih menunggu krisis ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa, sehingga mereka hati-hati untuk membeli rupiah, kata Anthony. “Krisis ekonomi di AS dan Eropa diperkirakan masih akan berlanjut dua hingga tiga tahun mendatang. Kondisi pasar global seperti itu seharusnya menjadi peluang bagi Indonesia untuk dapat tumbuh lebih besar dan memicu rupiah menguat,” ucapnya.

Ditanya mengenai dana asing, ia mengatakan, pemerintah harus membuat kebijakan baru yang dapat menahan dana asing itu tidak begitu mudah keluar dari pasar domestik. “Dana asing itu bisa diendapkan dalam tiga hingga empat tahun mendatang yang dapat digunakan untuk investasi jangka panjang,” kata Anthony.

Advertisement

JIBI/SOLOPOS/Ant

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif