News
Minggu, 18 Agustus 2013 - 20:45 WIB

PENEMBAKAN POLISI : Jadi Sasaran Bidik Peluru 9,9 Mm, Polisi Curigai Jaringan Teroris Poso

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penggunaan pistol FN 9,9 mm (kitup.military.com)

Solopos.com, JAKARTA — Insiden penembakan polisi diduga terkait dengan jaringan teroris Poso, Sulawesi Tengah. Dugaan itu didasarkan pada temuan jejak peluru berdiameter 9,9 mm dalam kasus penembakan dua anggota Polsek Pondok Aren, Tangerang, Ipda Kushendratna dan Aipda Ahmad Maulana Tangerang Selatan, Jumat (16/8/2013) malam.
Peluru tersebut ditemukan baik di lokasi kejadian maupun yang bersarang di tubuh korban. Jejak peluru yang sama sejatinya juga dipungut polisi dari lokasi penembakan terhadap anggota Satuan Lalu Lintas Polres Jakarta Pusat, Aiptu Patah Saktiyono, Sabtu (27/7/2013), di Cirendeu, Ciputat, Tangerang. Begitu juga dengan peluru yang menyasar anggota Babinkamtibmas Polsek Cilandak, Aiptu Dwiyatno, di Jl Otista Raya, Ciputat, Rabu (7/8/2013) pukul 04.30 WIB.
Atas dasar itulah, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar menyimpulkan kesamaan pelaku penembakan-penembakan polisi itu. Peluru kalibar 9,9 mm, tambahnya, biasa digunakan senjata api jenis pistol merek FN ataupun Baretta. Namun, Boy masih enggan menyebut kepastian jenis senjatanya apakah pabrikan atau rakitan.
“Bisa saja larasnya pabrikan tapi senapannya rakitan. Itu belum bisa dipastikan dari pemeriksaan proyektil. Peluru kaliber itu juga bisa digunakan untuk senjata merek yang berbeda. Jadi ini semua masih diselidiki,” terangnya, Minggu (18/8/2013).
Meskipun demikian, Boy menerangkan peluru semacam itu biasa digunakan oleh anggota teroris yang sudah tertangkap atau ditembak mati oleh tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri. Misalnya, dalam kasus pengungkapan kasus penyelundupan senjata yang dilakukan oleh dua warga negara Indonesia (WNI) S bin R, 33, tahun dan D bin B, 28 tahun, di Tawau, Malaysia.
Mereka merupakan anggota jaringan teroris Abu Umar alias Fatah alias Amin. Saat itu, paparnya, mereka hendak menyelundupkan senjata api sisa konflik di Filipina Selatan lewat jalur darat. Peluru kaliber 9,9 mm itulah salah satu yang berusaha diselundupkan mereka ke dalam negeri. “Kaliber seperti itu kami peroleh juga dari beberapa jaringan [teroris) yang kami ungkap. Kelompok Abu Roban juga punya senjata rakitan dengan kaliber ini,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif