News
Jumat, 8 Mei 2015 - 13:15 WIB

PEMILU BURUNDI : Aksi Demonstrasi Pecah, 1 Tewas

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Pemilu Burundi diwarnai aksi unjuk rasa yang menyebabkan korban jiwa.

Solopos.com, BUJUMBURA – Aksi demo menentang Presiden Burundi, Pierre Nkurunziza, maju dalam Pemilu untuk kali ketiga diwarnai kericuhan, Kamis (7/5/2015). Satu orang tewas dan sembilan lainnya terluka saat berunjuk rasa di wilayah Bujumbura itu.

Advertisement

Insiden terjadi setelah Nkurunziza, mengatakan kepada para pendemo untuk menghentikan aksi dan berjanji pencalonannya akan menjadi yang terakhir jika ia memetik kemenangan dalam pemilihan presiden (pilpres) Juni mendatang.

“Saya akan menghormati keputusan Mahkamah Konstitusi. Saya akan memastikan kepada masyarakat nasional dan internasional jika saya terpilih, itu akan menjadi yang terakhir,” kata Nkurunziza pada Rabu malam di seperti dilansir Reuters.

Oposisi menilai Nkurunziza yang telah menjabat sejak 2005 , melanggar penjanjian damai dan konstitusi jika menduduki kursi kepresidenan kembali. Pasalnya ia hanya diperbolehkan menjabat selama dua periode. Sementara Mahkamah Konstitusi mengizinkan pencalonan itu karena masa jabatan pertamanya tidak masuk hitungan sebab ia dipilih oleh parlemen bukan publik.

Advertisement

Palang Merah Burundi mengatakan satu orang tewas dalam kericuhan di Distrik Cibitoke, Bujumbura. Seorang pengunjuk rasa mengatakan kelompok muda partai Nkurunziza, CNDD-FDDI telah menyerang mereka. Meski demikian pemerintah membantah tuduhan bahwa Imbonerakure telah melakukan kekerasan.

Kelompok masyarakat sipil mengungkapkan 13 orang tewas sejak gelombang protes dimulai April lalu.
Badan pengungsi PBB. UNHCR, Rabu (6/6/2015) menguraikan 39.091 warga Burundi mencari suaka di negara-negara tetangga sejak bulan lalu. Setidaknya 24.795 warga Burundi mengungsi ke Rwanda, 6.966 orang ke Tanzania, dan 7.319 orang ke Kongo karena khawatir kericuhan menyebar di seluruh negeri.

Gelombang demonstrasi mendorong negara itu dalam krisis terburuk sejak perang saudara yang berakhir pada 2005.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif