News
Rabu, 13 November 2019 - 22:07 WIB

Pembubaran Ritual Hindu di Bantul Dinilai Hina Keistimewaan Yogyakarta

Abdul Hamid Razak  /  Harian Jogja  /  Adib M Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Upacara Odalan atau peringatan Maha Lingga Padma Buana di Dusun Mangir Lor Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul terpaksa dihentikan, Selasa (12/11/2019). (Suara.com-Istimewa)

Solopos.com, JOGJA -- Ketua Forum Masyarakat Madani Yogyakarta Bambang Praswanto mengaku prihatin dengan munculnya kembali kasus intoleransi di wilayah Bantul. Dia menilai, kasus pembubaran ritual Hindu Odalan tersebut merupakan bentuk penghinaan terhadap keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Apapun alasan dan dasar penolakannya yang muncul dari oknum warga itu tidak bisa dibenarkan. Di negara demokrasi Indonesia tidak ada manfaatnya gerakan liar semacam ini dan berkali-kali terjadi di Indonesia dan khususnya di Bantul," katanya, Rabu (13/11/2019).

Advertisement

Menurutnya, sudah selayaknya aparat pemerintah dan aparat keamanan setempat dapat menjadi pelindung, pengayom dan pamong bagi masyarakat sekecil apapun jumlahnya. "Kami meminta kepada masyarakat agar menjaga keamanan dan ketentraman dengan melakukan dialog dan keharmonisan bersama," ujarnya.

Forum Masyarakat Madani juga meminta Pemda DIY dan seluruh Pemkab agar menjaga martabat Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, secara konsisten,  konsekuensi, berkelanjutan serta bertanggung jawab. "Ke depan, jangan sampai keistimewaan DIY dinodai kembali dengan aksi tersebut," katanya.

Pembubaran Ibadah Hindu di Bantul, Polisi Sangkal Bela Kaum Intoleran

Advertisement

Upacara kegamaan yang digelar Utiek Suprapti dari Paguyuban Padma Buwana di Dusun Mangir Lor itu dihentikan oleh warga dan polisi. Upacara untuk mendoakan leluhur Ki Ageng Mangir yang diikuti puluhan orang dari berbagai agama dan keyakinan tersebut sedianya digelar dua sesi. Namun agenda itu hanya berlangsung satu sesi karena dihentikan polisi dengan alasan demi keamanan dan desakan warga.

“Upacara ini sebenarnya mendoakan leluhur setahun sekali atau istilahnya haul yang rutin digelar sudah ketujuh kali,” kata Ananda Ranu Kumbolo, anak dari Utiek Suprapti,

Nanda mengatakan upacara dengan berbagai sesaji itu awalnya berjalan dengan baik sejak pukul 13.00 WIB yang diisi dengan doa-doa. Di sela-sela acara, warga berkumpul di sekitar jalan masuk lokasi acara dan mencegat tamu-tamu yang akan datang ke lokasi upacara. Tamu-tamu tersebut datang dari berbagai daerah, ada dari Kediri, Jambi, dan Semarang.

Advertisement

Kronologi Pembubaran Ritual Hindu Odalan di Bantul: Teriakan Warga di Tengah Doa

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif