News
Kamis, 19 Juli 2012 - 14:04 WIB

PEMBELIAN PESAWAT: Kerjasama dengan Pemda, Merpati Borong Pesawat Produksi PT DI

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - NC 212-400, versi terbaru dari seri CASA 212 yang dikembangkan pabrikan CAS Spanyol, yang kini bagian dari perusahaan aeronautika Eropa Airbus. Pesawat seri 212-400 ini sudah dialihkan sepenuhnya produksinya ke PT Dirgantara Indonesia. (airliners.net)

NC 212-400, versi terbaru dari seri CASA 212 yang dikembangkan pabrikan CAS Spanyol, yang kini bagian dari perusahaan aeronautika Eropa Airbus. Pesawat seri 212-400 ini sudah dialihkan sepenuhnya produksinya ke PT Dirgantara Indonesia. (airliners.net)

JAKARTA- PT Merpati Nusantara Airlines memborong 20 pesawat NC 212-400 dari PT Dirgantara Indonesia, di mana pembiayaannya akan ditanggung oleh pemerintah daerah yang berminat membuka akses penerbangan ke wilayah mereka.
Advertisement

Direktur Utama Merpati Rudy Setyopurnomo mengatakan pihaknya akan membentuk pasar untuk pembiayaan ke-20 pesawat tersebut. Pasar ini berasal dari pemerintah daerah kabupaten maupun kecamatan di Indonesia karena akan digunakan untuk penerbangan perintis di wilayah timur Indonesia dan Kalimantan.

“Kami sudah kerjasama dengan sejumlah pemerintah daerah, di antaranya Pemda Sampit, Kalimantan Tengah, mereka ingin menggunakan pesawat CASA dari PT DI ini,” kata Rudy saat penandatanganan Memorandum of Understanding dengan PT Dirgantara Indonesia dan PT Nusantara Turbin dan Propulsi (NTP), di kantor Kemmeng BUMN, Jakarta, Kamis (19/7/2012).

Dalam acara penandatangan MoU ini turut menyaksikan Menneg BUMN Dahlan Iskan. Dari PT DI diwakili oleh Direktur Utama Budi Santoso dan Dirut PT NTP Supra Dekanto, sedangkan dari Merpati oleh Rudy Setyopurnomo. Rudy menjelaskan pihaknya menargetkan tahun ini ada 4-5 unit pesawat pesanannya yang sudah dapat diterima dan selesai seluruhnya dalam 2 tahun kedepan. Namun dia optimistis tidak perlu mengeluarkan dana sedikitpun untuk pembayarannya karena kerjasama dengan pemerintah daerah dan perusahaan pembiayaan.

Advertisement

Nantinya, imbuh Rudy, dengan Pemda yang turut dalam pembiayaan akan dibuat mekanisme bagi hasil ataupun mekanisme lainnya. “Misalnya, Pemda hanya ingin membiayai pengadaan pesawat, itu kontribusinya 10% dari total biaya, nanti bagi hasilnya mereka mendapat porsi 10%. Atau ada Pemda yang ingin menanggung biaya bahan bakar, kontribusi hingga 60%, pembagiannya sesuai dengan pengeluarannya,” kata Rudy.

Pendanaan
Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengatakan penandatangan MoU dengan Merpati ini untuk pembelian 20 pesawat serta untuk perawatan overhaul pesawat MA-60 di PT NTP, anak usaha PT DI. Untuk pembelian 20 pesawat ini, imbuh Budi, ditargetkan seluruh pesanan rampung dalam dua tahun ke depan. Pesawat NC 212-400 berkapasitas 28 tempat duduk dengan harga US$6,5 juta-US$7,5 juta per unit. “Soal kapan pesanan rampung, ya tergantung pendanaan dari Merpati, kami sebenarnya siap dan sudah ada stoknya, kapan pun bisa,” ucap Budi.

Menurut Budi, mekanisme pembayaran yang disiapkan Merpati ini ada dua jenis, yakni dari Pemda yang akan menggunakan pesawat sehingga jenisnya disesuaikan dengan pesanan. Mekanisme lainnya yakni dari perusahaan pembiayaan.

Advertisement

Dirut Nusantara Turbin Propulsi (NTP) Supra Dekanto mengatakan soal kerjasama dengan pihaknya, nantinya mesin-mesin pesawat MA-60 yang dioperasikan Merpati saat ini perawatan overhaul akan diserahkan kepada NTP. “Kami sudah siap, tahun ini akan dapat sertifikasi dari Pratt and Whitney sebagai pabrikan mesin pesawat, Agustus akan selesai, sehingga kami siap merawat mesin MA 60. MA 60 ini mesinnya sama dengan CN 295.”

Menneg BUMN Dahlan Iskan mengapresiasi inisatif dari Merpati dan PT DI yang diimplementasikan dengan cara yang cepat untuk membeli 20 unit NC 212-400. “Kebutuhan akan pesawat sangat tinggi dan harus dilakukan dengan cepat seiring semakin banyaknya angka golongan menengah atas di Indonesia. Golongan ini membutuhkan transportasi yang cepat,” ucapnya.

Dahlan menceritakan di Pegunungan Bintang, Waimena Papua, sudah 4 bulan tidak diterbangi pesawat. Selama ini hanya Pelita Air yang melayani. Berhentinya pelayanan Pelita karena maskapai ini ingin menaikkan tarif dari Rp1 juta menjadi Rp2,5 juta dengan jarak yang dekat. “Kami harapkan dengan pesawat CASA dari PT DI, Merpati dapat melayani wilayah-wilayah yang sulit dijangkau, kasihan warga di sana terisolasi, seperti di Bintang, jalan darat sulit, sedangkan kapal laut tidak ada lautnya,” kata Dahlan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif