SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi sejumlah siswa SD berangkat ke sekolah. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)
Harianjogja.com, JOGJA – Kebutuhan pelajar di DIY untuk transportasi umum mencapai 400.000 kursi per hari, sedangkan kapasitas Trans Jogja baru mencapai 20.000 kursi per hari dan angkutan lain 80.000 kursi per hari.
“Bagi orangtua yang nekat, anak-anak yang belum berusia 17 tahun dan tidak memiliki SIM justru diberi motor untuk transportasi,” kata Wakil Kepala Bidang Riset, Training dan Kemitraan Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM), Arif Wismadi, belum lama ini.
Karena belum memiliki emosi yang matang dan keahlian berkendara secara memadai, akhirnya kemacetan bertambah parah hingga menimbulkan kecelakaan.
Guna mengatasi, pemerintah perlu melakukan sinergi atas tiga instrumen yang ada, baik mengenai regulasi, keuangan maupun rancangan fisik.
Pemerintah juga tidak hanya memperhatikan aspek hukuman tetapi juga penghargaan kepada pengguna jalan hingga membangun infrastruktur ruang publik yang rapi dan terjangkau.
Penyediaan bus sekolah untuk mengatasi masalah ini disebutnya mungkin direalisasikan. Namun ketersediaan armada tersebut dinilainya dapat menyedot pembiayaan daerah.
Akan lebih baik, imbuhnya, bus umum yang telah tersedia dimaksimalkan. Baik dengan memperbaiki fasilitas, menambah kapasitas armada hingga memperhatikan masalah rute.
Area yang dianggap ramai permintaan kendaraan umum dapat ditambah. Keterjangkauan satu area dengan area yang lain juga perlu diperhatikan.
“Perhatikan dulu peta distribusi sekolah. Mana saja wilayah yang banyak dikunjungi atau dominan. Faktor-faktor inilah yang dapat menjadi pertimbangan,” ujarnya.