News
Selasa, 28 Agustus 2018 - 04:00 WIB

PBB: Masa Depan Anak-Anak Rohingya Suram

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p lang="zxx"><b>Solopos.com, DHAKA &ndash;</b> Anak-anak pengungsi Rohingya yang menetap di pengungsian Cox’s Bazar, Kutupalong, Bangladesh, tidak mendapatkan pendidikan formal. Hal itu disampaikan oleh badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi pengungsi Rohingya di Bangladesh, Unicef.</p><p lang="zxx">Perwakilan Unicef yang terus memantau kondisi pengungsi Rohingya mengatakan, masa depan anak-anak tersebut dipertaruhkan. Sebab, mereka tidak mendapatkan pendidikan selama tinggal di pengungsian. Masa depan sekitar 380.000 anak-anak <a href="http://news.solopos.com/read/20180706/497/926209/sekjen-pbb-sebut-krisis-rohingya-sangat-mengerikan">Rohingya</a> di pengungsian Bangladesh sangat memprihatinkan. Kondisi serupa juga dialami sejumlah anak-anak Rohingya yang masih berada di tanah tak bertuan di perbatasan Bangladesh-Myanmar.</p><p lang="zxx">"Bangladesh melarang para pengungsi menerima pendidikan formal. Sebab, pemerintah khawatir mereka bakal menjadi penduduk tetap di Bangladesh," kata juru bicara Unicef, Alastair Lawson Tancred seperti dikutip dari <i>The Guardian, </i><span>Senin (27/8/2018). </span></p><p lang="zxx"><span>S</span><span>ementara itu, menurut laporan badan amal, Save the Children, ada lebih dari 6.000 anak </span><span><a href="http://news.solopos.com/read/20180702/497/925512/myanmar-dinilai-belum-siap-terima-pengungsi-rohingya">Rohingya</a> </span><span>yang tinggal terpisah dari orang tua mereka di Cox’s Bazar, Bangladesh. Sebagai informasi, Cox’s Bazar merupakan pusat pengungsian Rohingya di Bangladesh.</span></p><p><span lang="zxx"><span>Beberapa lembaga amal menyediakan layanan pendidikan dasar bagi anak-anak pengungsi Rohingya. Mulai dari sekolah darurat, bimbingan konseling, sampai perpustakaan. Namun, semua bantuan tersebut belum bisa dinikmati oleh semua pengungsi Rohingya. Keterbatasan sukarelawan menjadi kendala yang sulit diatasi.</span></span></p><p><span lang="zxx"><span>S</span></span><span lang="zxx"><span>ebenarnya, pemerintah Bangladesh dan Myanmar telah menyepakati proses repatriasi pengungsi <a href="http://news.solopos.com/read/20180813/497/933891/myanmar-minta-bangladesh-setop-bantu-pengungsi-rohingya">Rohingya</a>. Namun, sampai saat ini mereka belum melakukan proses pemulangan karena sejumlah kendala. Adapun kendala terbesar yakni warga Rohingya yang menolak dipulangkan jika tidak mendapatkan jaminan keamanan dari pemerintah Myanmar. </span></span></p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif