SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi
<p lang="zxx"><b>Solopos.com, GAZA –</b> Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani pengungsi Palestina (UNRWA), kehabisan dana. Mereka khawatir sekolah yang selama ini menampung anak-anak pengungsi Palestina tidak akan beroperasi lagi. Sebab, mereka mulai kehabisan dana sejak PBB memangkas anggaran untuk UNRWA.</p><p lang="zxx">UNRWA juga menghadapi situasi serba <a href="http://news.solopos.com/read/20180815/497/934082/isis-bangkit-lagi">sulit</a> setelah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan yang memicu aksi protes. Kondisi tersebut membuat suasana kerja tidak kondusif.</p><p lang="zxx">"Kami kehabisan uang. Kas kami nyaris kosong. Kami tidak punya cukup uang untuk membayar gaji 22.000 guru yang mengajar di 711 sekolah untuk mendidik lebih dari 500.000 anak pengungsi Palestina. Situasi ini menimbulkan kekacauan," kata juru bicara UNRWA, Chris Gunness, seperti dikutip dari <i>Channel News Asia, </i><span style="font-style: normal;">Rabu (15/8/2018). </span></p><p lang="zxx"><span style="font-style: normal;">Sejumlah pejabat PBB mengatakan, pemotongan dana bantuan untuk UNRWA disebabkan oleh keputusan <a href="http://news.solopos.com/read/20180815/497/934057/catatan-peristiwa-dunia-hari-ini-15-agustus-1962-pbb-ambil-alih-papua-barat">Amerika Serikat</a>. Seperti diketahui, Amerika Serikat yang merupakan donor terbesar untuk UNRWA telah memangkas dana bantuannya. Pada Januari 2018 lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, </span><span style="font-style: normal;">mengancam</span><span style="font-style: normal;"> bakal menarik dana bantuan ke Palestina jika negara itu tidak setuju dirinya menjadi juru damai dengan Israel. </span></p><p lang="zxx"><span style="font-style: normal;">"Kondisi yang kami hadapi adalah konsekuensi atas keputusan pemerintahan Donald Trump yang memangkas dana bantuan sebesar US$305 juta atau sekitar Rp4,4 triliun pada tahun ini. Keputusan tersebut berdampak buruk bagi kami," sambung Chris Gunness. </span></p><p lang="zxx"><span style="font-style: normal;">Krisis keuangan yang dihadapi UNRWA meresahkan pengungsi <a href="http://news.solopos.com/read/20180814/497/933995/ribuan-orang-terkena-kanker-akibat-teror-911">Palestina</a>. Mereka khawatir anak-anak tidak bisa sekolah di tahun ajaran baru yang sedianya dimulai pada akhir Agustus 2018. Sebagai informasi, selama ini UNRWA membuka sekolah khusus untuk menampung anak pengungsi Palestina di wilayah Gaza, Yordania, Suriah, dan Lebanon. </span></p><p lang="zxx"><span style="font-style: normal;">UNRWA tercatat membantu sekitar lima juta pengungsi Palestina yang terlantar akibat perang selama hampir 70 tahun. Semua biaya yang diperlukan diperoleh dari sumbangan sukarela dari sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat sebagai donor terbesar. </span></p><p lang="zxx"><span style="font-style: normal;">Selama ini UNRWA hampir tidak pernah mengalami kesulitan mengurus keperluan pengungsi Palestina. Namun, malapetaka muncul akibat keputusan Donald Trump memangkas bantuan untuk UNRWA. Padahal, dikabarkan </span><i>The New Arab, </i><span style="font-style: normal;">pemerintah Israel sempat meminta Amerika Serikat tidak memangkas anggaran yang selama ini disalurkan kepada UNRWA. </span></p><p lang="zxx"><span style="font-style: normal;">Permintaan dari pemerintah Israel disampaikan menyusul kekhawatiran terjadinya kericuhan di Jalur Gaza. Meski demikian, sikap Israel kepada Palestina sama sekali tidak berubah. Mereka tetap saja memerangi warga sipil Palestina yang memberontak di Jalur Gaza.</span></p>