News
Minggu, 30 Januari 2022 - 07:45 WIB

PBB Desak Myanmar Hentikan Kekerasan dan Segera Pulihkan Demokrasi

Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Persatuan Bangsa-Bangsa atau PBB. (Dok. Solopos)

Solopos.com, JENEWA — Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) mendesak masyarakat internasional meningkatkan tekanan terhadap junta militer Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap publik dan segera memulihkan pemerintahan sipil.

“Satu tahun setelah militer merebut kekuasaan, rakyat Myanmar–yang telah membayar mahal baik nyawa maupun kebebasan yang hilang–terus berjuang tanpa henti untuk demokrasi mereka,” kata Komisioner Tinggi HAM PBB Michelle Bachelet dalam sebuah pernyataan pers seperti dilansir Antaranews, Jumat (28/1/2022).

Advertisement

Dia mengatakan tindakan yang diambil oleh Dewan Keamanan PBB dan oleh ASEAN tidak cukup untuk meyakinkan militer Myanmar untuk menghentikan kekerasan dan memfasilitasi akses pengiriman bantuan kemanusiaan.

Baca Juga: Tak Diundang ke KTT ASEAN, Junta Myanmar Tuding Ada Intervensi Asing

Advertisement

Baca Juga: Tak Diundang ke KTT ASEAN, Junta Myanmar Tuding Ada Intervensi Asing

“Sudah waktunya dilakukan upaya segera untuk memulihkan hak asasi manusia dan demokrasi di Myanmar, dan memastikan bahwa para pelaku kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia sistemik harus bertanggung jawab,” kata Bachelet.

Ia mendesak pemerintah negara-negara dan kalangan bisnis untuk mendengarkan permohonannya.

Advertisement

Baca juga: Konflik di Myanmar Memanas, 30 Orang Meninggal Dunia karena Terbakar

Dia bertemu dengan para pembela hak asasi manusia minggu ini, yang memohon kepada masyarakat internasional untuk tidak meninggalkan mereka dan sebagai gantinya mengambil tindakan tegas untuk memastikan hak-hak mereka dilindungi dan militer dimintai pertanggungjawaban.

Bachelet mengatakan dia telah mendengar laporan mengerikan tentang jurnalis yang disiksa, pekerja pabrik diintimidasi, dibungkam, dan dieksploitasi, serta minoritas etnis dan agama dianiaya dengan lebih agresif.

Advertisement

Etnis minoritas yang dimaksud termasuk Muslim Rohingya, yang telah lama menjadi sasaran penindasan dan kekerasan negara, merujuk pada penangkapan sewenang-wenang, penahanan, dan pengadilan palsu terhadap lawan politik.

Baca juga: Hukuman Bui untuk Pejuang Demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi

“Namun, pembela hak asasi manusia yang berani dan anggota serikat pekerja terus memprotes, mengadvokasi, mendokumentasikan, dan mengumpulkan bukti pelanggaran yang semakin meningkat,” kata Bachelet.

Advertisement

Tindakan keras yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar untuk menghadapi protes anti kudeta telah menyebabkan sedikitnya 1.500 orang tewas sejak kudeta 1 Februari 2021.

Bachelet menyebut jumlah tersebut belum termasuk ribuan kematian akibat konflik bersenjata dan kekerasan yang terus meningkat di seluruh Myanmar.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB telah mendokumentasikan pelanggaran HAM berat setiap hari di Myanmar, yang sebagian besar dilakukan oleh pasukan keamanan.

Sedikitnya 11.787 orang telah ditahan secara sewenang-wenang karena menyuarakan perlawanan mereka terhadap militer dalam protes damai atau melalui aktivitas daring. Saat ini, sebanyak 8.792 orang masih berada dalam tahanan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif