News
Selasa, 29 Oktober 2013 - 15:31 WIB

Paus Fransiskus Serukan Dialog Lintas Agama Atasi Konflik Myanmar

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Paus Fransiskus

Solopos.com, MYANMAR — Dua tokoh besar dunia, Paus Fransiskus dan Aung San Suu Kyi bertemu pada hari Senin (28/10/2013) lalu. Kedua tokoh sepakat untuk menyelesaikan persoalan Myanmar dengan melakukan dialog lintas agama.

Dilansir AsiaOne, Senin (28/10/2013), juru bicara Vatikan, Federico Lombardi mengatakan Paus Fransiskus dan tokoh oposisi Myanmar itu telah melakukan dialog. Keduanya membahas kampanye panjang untuk memupuk solidaritas dan menata kultur demokratis di negara itu.

Advertisement

Paus Fransiskus mengungkapkan penghargaannya kepada pemimpin oposisi itu atas tindakan anti-kekerasannya demi menciptakan perdamaian dan demokrasi di Myanmar selama pertemuan itu.

“Paus berdoa untuk Myanmar, Paus berharap ada dialog antar agama di negara itu. Dia juga mengatakan gereja akan melayani semua orang di Myanmar tanpa membeda-bedakan orang itu,” lanjut dia.

Dalam beberapa tahun terakhir kultur demokrasi Myanmar dirusak dengan berbagai kerusuhan antar Agama dan golongan di Negara itu. Dunia Internasional melihat Myanmar dengan penuh keprihatinan.

Advertisement

Katolik menjadi kaum minoritas di Myanmar. Mereka kebanyakan tinggal di sebelah timur laut negara itu.

Sekitar 250 orang tewas dan lebih dari 140 ribu orang lainnya harus kehilangan rumah mereka di beberapa wilayah yang terkena dampak kekerasan antara umat Buddha dan kaum muslim di seantero Myanmar sejak Juni 2012 lalu.  Sebagian besar kekerasan terjadi di sebelah barat Negara Bagian Rakhine.

Al-Jazeera, Senin (30/9/2013), melaporkan para ekstremis Buddhis Rakhine terus melakukan penyerangan terhadap Muslim Rohingya di Thandwe, negara bagian Arakan (Rakhine), Burma, pada akhir September silam. Kerusuhan sektarian yang semakin menggerogoti Myanmar bertambah parah lantaran pemerintah seolah berdiam diri.

Advertisement

Terkait hal ini Aung San Suu Kyi telah menerima banyak kritik tajam. Sebagai peraih nobel, tokoh oposisi ini dinilai tidak punya pengaruh lagi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif