SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)
SOLO–Pasokan sapi di kalangan suplier mulai berkurang. Penyebabnya, sapi-sapi produktif di sentra produksi sapi seperti Pracimantoro dan Purwantoro, Wonogiri telah banyak dikirim ke Jakarta, Lampung dan Bandung untuk memenuhi pasokan sapi di daerah tersebut.
Berkurangnya pasokan sapi ini diperkirakan bakal mengurangi pasokan daging sapi di pasaran. Sehingga, dikhawatirkan akan kembali mengerek harga daging sapi. Apalagi, permintaan bakal naik tajam saat Lebaran. Salah seorang suplier sapi di Kota Solo, Trihadi menyampaikan pasokan sapi dari sentra produksi sapi berkurang hingga 50%.
“Jika menjelang Lebaran tahun lalu saya bisa memasok sembilan hingga sepuluh ekor sapi ke rumah pemotongan hewan (RPH) setiap harinya. Tapi, sekarang sampai akhir Juli, mungkin saya hanya bisa memasok maksimal empat ekor sapi dalam satu hari,” kata Trihadi, saat ditemui wartawan di Pasar Legi Solo, akhir pekan kemarin.
Trihadi mengatakan, dengan berkurangnya pasokan sapi dan daging sapi di pasaran maka akan mengerek harga daging sapi. Sementara dari pantauan di Pasar Legi akhir pekan lalu, harga daging sapi masih stabil tinggi di kisaran harga Rp68.000 per kilogram, Rp75.000 hingga Rp80.000 per kilogram.
Sebagai seorang suplier, Trihadi sangat memahami kondisi pasar terutama pascapenerapan aturan pengetatan impor sapi oleh pemerintah. “Jelas akan mengurangi stok sapi di dalam negeri. Padahal, permintaan pasar saat ini sedang meningkat. Para suplier sapi dari Jakarta, Bandung dan Lampung itu banyak mencari sapi dari Wonogiri. Mereka pun lebih memilih sapi produktif meskipun harganya sangat mahal.”
Salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Legi, Pujani Daryanto juga mengakui pasokan daging sapi akhir-akhir ini berkurang. Harga daging sapi pun masih stabil tinggi. “Kami masih jual daging sapi pada harga Rp80.000 per kilogram, meski pasokannya mulai berkurang,” kata dia.