News
Selasa, 10 Juni 2014 - 04:15 WIB

PASOKAN BBM : Kuota Solar Subsidi Dikurangi 2%, Pengelola SPBU Waswas

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi SPBU. (JIBI/Dok.)

Solopos.com, SOLO—Kuota solar subsidi untuk wilayah Jateng pada tahun ini dikurangi sebanyak 2% dari alokasi tahun sebelumnya. Hal tersebut membuat sejumlah kalangan pengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) waswas akan terjadi kelangkaan seperti tahun lalu.

Pada 2013 kuota solar subsidi untuk Jateng sebanyak 16.030 juta kiloliter (KL). Tapi pada tahun ini turun menjadi 14.640 juta KL. Meski begitu, hingga saat ini pasokan dan penjualan di sejumlah SPBU di Solo masih lancar.

Advertisement

Pengawas SPBU Puri Gading, M. Wahyu P.J, mengatakan hingga saat ini belum ada pemberitahuan secara resmi dari Pertamina terkait adanya pengurangan kuota solar subsidi. Pengiriman pun masih tetap sama seperti bulan-bulan sebelumnya. Oleh karena itu, pihaknya mengaku belum mengetahui kapan hal tersebut diberlakukan dan teknis pelaksanaan seperti apa.

“Sejauh ini alokasi dari Pertamina tidak dikurangi, pengiriman normal. Permintaan masyarakat juga masih sama. Dalam sehari biasanya menjual 21 ton solar subsidi,” ungkap Wahyu kepada solopos.com, Senin (9/6/2014).

Namun Wahyu mengaku khawatir pengurangan kuota solar bersubsidi akan menyebabkan kelangkaan solar seperti yang terjadi pada tahun lalu.
Meski demikian kondisi ke depan seperti apa, dia mengaku sulit untuk memprediksi. Dia menjelaskan, sejauh ini setiap pembelian solar subsidi dengan menggunakan jeriken, harus membawa surat keterangan dari dinas terkait. Apabila tidak membawa surat pengantar, pihaknya tidak melayani pembelian.

Advertisement

Ketua Paguyuban Pengawas Pom Bensin Solo, Yuli Setiono, menyampaikan hal yang sama. Menurut dia, saat ini pasokan masih normal dan aman. “Khawatir iya, takutnya akan ada kekurangan seperti tahun lalu. Hal ini mengingat apabila ada pengurangan kuota, pasti semua SPBU diperlakukan sama [dikurangi alokasi solar subsidi],” kata dia.

Meski diakuinya ada bahan bakar minyak (BBM) pengganti solar subsidi apabila ada kelangkaan, yakni Pertamina Dex. Yuli menjelaskan harga Pertamina Dex lebih mahal jika dibandingkan dengan solar subsidi, yakni Rp12.000 per liter untuk kemasan dan Rp11.500 per liter untuk yang curah. Oleh karena itu, pihaknya mengaku pesimistis, BBM substitusi ini diminati masyarakat untuk dijadikan alternative pengganti apabila ada kelangkaan solar subsidi. Saat ini saja, pihaknya biasanya hanya mampu menjual satu jeriken berisi 10 liter Pertamax Dex.

Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Solo, Suwardi, mengatakan pihaknya juga belum ada pemberitahuan secara resmi terkait pengurangan kuota solar subsidi dikurangi 2% di Jateng. Meski begitu, dia menuturkan hingga saat ini kuota aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Advertisement

“Kuota solar subsidi tahun ini memang lebih kecil jika dibandigkan dengan tahun lalu. Tapi kuota premium subsidi, tahun ini ada kenaikan. Tapi berapa kenaikan yang pasti, saya belum mendapat informasi lebih lanjut,” paparnya.

Sementara itu, Asisten Manajer External Relation Marketing PT Pertamina Region Jateng-DIY, Robert M.V, mengungkapkan pengurangan kuota tersebut merupakan wewenang dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), DPR dan
pemerintah pusat. Oleh karena itu, dia mengatakan tidak memiliki kapasitas untuk memberi komentar terkait aturan tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif