News
Jumat, 24 Juni 2016 - 20:06 WIB

PABRIK VAKSIN PALSU : Terkuak! Inilah Praktik Penjualan Vaksin Abal-Abal di Apotek

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Vaksin (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Pabrik vaksin palsu di Tangerang Selatan yang baru saja terungkap juga melibatkan distributor resmi, termasuk apotik.

Solopos.com, JAKARTA — Terbongkarnya pabrik vaksin palsu di Tangerang Selatan membuka fakta kelam yang tak terungkap selama bertahun-tahun. Di antaranya kemampuan anggota sindikat tersebut masuk ke distributor resmi, termasuk apotek.

Advertisement

Bareskrim Mabes Polri mengungkapkan ada empat kelompok yang terlibat dalam sindikat itu. Mereka terdiri atas pembuat dan pengedar vaksin palsu yang berlabel vaksin BCD, TBC, hepatitis, tetanus, dan campak tersebut.

“Hari ini amankan 13 orang dengan peran berbeda, yaitu 7 orang pembuat, 2 orang distributor, 1 orang pencetak label dan dus. Bukti yang kita miliki sangat akurat, pabrikan yang memproduksi vaksin [asli] kita datangkan dan lihat perbedaannya,” kata Dirtipideksus Bareskrim Polri, Brigjen Agung Setya, di Bareskrim dalam wawancara yang ditayangkan live oleh Kompas TV, Jumat (24/6/2016) malam.

Vaksin-vaksi palsu tersebut dibuat berdasarkan pesanan pelanggan dan didistribusikan salah satunya melalui distributor resmi. Anggota sindikat tersebut masuk ke distributor resmi untuk memasukkan vaksin palsu. “Salah satu apotik, dia mendisplay vaksin asli. Saat [ada yang] beli, dia keluarkan yang palsu,” ungkap Agung.

Advertisement

Ditanya mengapa praktik yang sudah berlangsung sejak 2003 baru terbongkar sekarang, Agung mengaku tak mudah masyarakat menyadari adanya vaksin palsu ini. Pasalnya, efek vaksin palsu yang bahan dasarnya air dan infus tersebut tidak langsung dapat dirasakan oleh penggunanya.

“Mereka [pelaku] paham ini vaksin, bukan obat. Kalau obat langsung dirasakan, tapi vaksin seperti punya polis asuransi. Saat belum dapat serangan penyakit tertentu, dia belum terasa,” ujarnya.

“Ini kejahatan tidak bisa ditarget waktu, 3 bulan kita lakukan penyelidikan vaksin palsu ini dan kita menemukan buktinya, baru kita pastikan.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif