News
Senin, 29 Juni 2015 - 16:05 WIB

Omzet Perajin Bambu di Jogja Turun

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penjual tirai bambu di Kawatan, Senin (20/10/2014). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Omzet perajin bambu di Jogja turun

Harianjogja.com, JOGJA-Omzet kerajinan bambu turun drastis hingga pertengahan tahun ini. Pelambatan ekonomi disinyalir menjadi penyebabnya.

Advertisement

Salah satu perajin bambu di Desa Semanu, Kecamatan Semanu, Riyadi mengungkapkan, sampai saat ini belum ada order untuk keperluan ekspor. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, mulai Januari hingga Agustus, ia selalu kebanjiran order untuk ekspor.

“Setiap bulan, rata-rata ada satu atau dua perusahaan ekspor yang order. Saat ini belum ada yang masuk,” ujar dia ketika dihubungi, Jumat (28/6/2015).

Ia menjelaskan, nilai kontrak dari satu perusahaan antara Rp15 juta hingga Rp20juta. Saat ini, untuk memastikan usahanya tetap bertahan, ia konsentrasi melayani pesanan lokal. Omzet setiap bulannya pun hanya Rp4,5 juta hingga Rp5 juta setiap bulan. Laba bersih yang dia dapatkan hanya sekitar Rp1,5 juta.

Advertisement

Menurutnya, jumlah pesanan dari pasar lokal memang tidak banyak. Ada yang memesan 10 buah ada pula yang memesan 60 buah. Model yang dipesan pun berbeda-beda. Ia mengaku sudah beberapa kali diminta mengirimkan contoh kerajinan oleh eksportir. Namun, sampai saat ini masih belum ada lampu hijau. Ia berharap segera ada permintaan untuk kepentingan ekspor.

“Selain itu, saya juga menutupi kebutuhan dengan membuat sangkar burung,” ujar dia.

Penjualan sangkar burung, lanjut dia, cukup membantu untuk bertahan. Ia bisa menjual sangkar burung dengan harga Rp150.000 hinga Rp200.000. Setiap bulan, ia bisa menjual 200 hingga 300 sangkar burung. Peminatnya berasal dari Bantul, Sleman, hingga Wonogiri.

Advertisement

“Saya hanya bisa bertahan dalam kondisi ini.  Bagaimana caranya agar usaha saya bisa bertahan,”  ungkap dia.

Wakil Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) DIY Endro Wardoyo mengakui, perlambatan ekonomi membuat ekspor kerajinan turut lesu. Menurutnya, daya beli masyarakat hampir di seluruh dunia turut menurun.

“Pelemahan mata uang hampir di seluruh belahan dunia dituding sebagai salah satu pemicunya,”  lanjut dia.

Karena kondisi tersebut, banyak pembeli yang melakukan penundaan pembelian. Alasan yang digunakan buyer antara lain stok masih tersedia banyak serta daya beli yang melemah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif