Singapura–Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyerukan pembebasan pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi ketika ia bertemu dengan perdana menteri negara itu dalam satu pertemuan dengan para para pemimpin Asia Tenggara lainnya di Singapura, Minggu.
Obama tidak berbicara atau berjabat tangan dengan PM Myanmar Thein Sein dalam pertemuan di hotel Shangri-la Singapura dengan 10 pemimpin ASEAN, pertama kali dengan seorang pemimpin AS.
Ia bergabung dengan tradisi ASEAN yang berpegangan tangan, tampak sedikit kagum, sebelum para pemimpin itu duduk di kursi-kursi sebuah meja bundar untuk berunding.
Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan Obama mengulangi imbauannya bagi pembebasan Suu Kyi, walaupun sebuah pernyataan akan dikeluarkan setelah pertemuan itu tidak menuntut pembebasan pemimpin oposisi Myanmar itu atau para tahanan lainnya menjelang pemilu di negara yang diperintah militer tahun depan.
Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan Obama mengulangi imbauannya bagi pembebasan Suu Kyi, walaupun sebuah pernyataan akan dikeluarkan setelah pertemuan itu tidak menuntut pembebasan pemimpin oposisi Myanmar itu atau para tahanan lainnya menjelang pemilu di negara yang diperintah militer tahun depan.
Pertemuan di Singapura itu merupakan pertama kali dalam sejarah seorang pemimpin AS bertemu dengan para sejawatnya dalam 42 tahun usia ASEAN, yang dibentuk pada puncak Perang Vietnam. Pertemuan itu terjadi setelah satu KTT Asia-Pasifik.
Untuk kali pertama dalam beberapa dasawarsa, Amerika Serikat dan ASEAN menyuarakan hal yang sama ketika menyangkut Myanmar.
Selama bertahun-tahun, ASEAN mendapat kecaman keras oleh Barat karena kebijakan pendekatannya yang gagal dengan para jenderal Myanmar. Kini kelompok itu mengharapkan bahwa dengan dukungan AS, Myanmar yang diperintah militer sejak tahun 1962 itu dapat dipandu kembali ke jalan demokrasi.
Satu rancangan pernyataan mengatakan para pemimpin itu mengharapkan kebijakan baru itu “akan membantu memperluas reformasi politik dan ekonomi”.
“Kami juga menegaskan tentang pentingnya mencapai rekonsiliasi nasional dan pemilu yang akan diselenggarakan di Myanmar tahun 2010 harus dilakukan dalam suasana bebas, adil, inklusif dan transparan agar dapat dipercaya masyarakat internasional.”
Suu Kyi, yang berada 14 tahun dalam tahanan rumah sampai sekarang dari 20 tahun ia ditahan telah diizinkan bertemu dengan para diplomat AS dan pekan lalu mengharapkan kontak-kontak itu akan membawa pada reformasi demokratis.
Dengan menolak berunding dengan ASEAN karena soal Myanmar, Amerika Serikat membatasi keterlibatannya mengenai sejumlah masalah di Asia Tenggara, kata Ernie Bower, direktur Program Asia Tenggara pada Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington.
“Mereka (pemerintah Obama) tidak mengizinkan kebijakan Burma mengganggu kebijakan ASEAN,” katanya.
Pemerintah Obama, yang tinggal di Jakarta sewaktu masih anak-anak dan menyatakan dirinya (Presiden Pasifik pertama) Amerika memberikan perhatian besar pada ASEAN, yang berpenduduk 570 juta jiwa dengan hasil ekonomi gabungan 1,1 triliun dolar.
Washington secara rutin mengirim para pejabat lebih rendah ke pertemuan-pertemuan ASEAN semasa pemerintah Presiden George W.Bush, sebagian paling tidak karena satu anggota ASEAN yang keras kepala.
Kelompok hak asasi Human Rights Watch yang berpusat di New York mendesak Obama mengutarakan tentang “tidak adanya perubahan demokratis di Burma, mengekang kebebasan mengeluarkan pendapat di seluruh kawasan itu, pelanggaran hak asasi manusia yang luas dan lemahnya institusi hak asasi manusia.”
ASEAN baru-baru ini membentuk satu komisi hak asasi manusia, yang dikecam karena tidak adanya kekuasaan untuk menerapkan keputusan-keputusannya. Rancangan pernyataan itu mengatakan Obama akan menyatakan dukungannya pada komisi itu dan mengundang mereka mengunjungi Amerika Serikat tahun depan untuk “berkonsultasi dengan para pakar internasional”.
Ant/tya