News
Kamis, 9 Januari 2020 - 18:57 WIB

Natuna 1994: Nelayan Indonesia Bersenjatakan Botol Lawan Kapal-Kapal Taiwan

Nugroho Meidinata  /  Adib M Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kapal nelayan China yang tertangkap di Natuna, Jumat (27/5/2016). (Istimewa/Koarmabar/Detik)

Solopos.com, SOLO -- Konflik di perairan Natuna antara kapal nelayan Indonesia dengan kapal penangkap ikan asing sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, pernah insiden heroik nelayan Indonesia yang hanya bersenjatakan botol melawan awak kapal ikan asing yang bersenjata api.

Nelayan asal daerah Pantura, Rasmijan, mengisahkan saat dirinya berlayar hingga perairan Natuna untuk mencari ikan pada 1994 silam. Saat itu, dia yang menggunakan kapal porsen - kapal dengan alat tangkap laring berukuran besar untuk melingkari ikan yang sedang berkumpul.

Advertisement

Kala itu, kapal Rasmijan bertemu dengan kapal asing dari Taiwan. Kapal asing tersebut menggunakan alat tangkap katrol sehingga tangkapan ikannya jauh lebih banyak dari Rasmijan. Hal ini memicu kontak fisik antara kapal asing dari Taiwan dengan kapal milik Rasmijan.

"Kami tahun 1994 beroperasi di Natuna terjadi bentrok fisik, karena terlalu banyak kapal Taiwan yang pakai alat tangkap katrol. Pada waktu itu, saya alat tangkapnya porsen. Porsen kan pakai rumpon, katrol kan naik terus. [hasil tangkapan kapal Taiwan] Sampai di bawah, ke barat terus," ungkap Rasmijan di program Mata Najwa yang ditayangkan di Trans7, Rabu (8/1/2020) malam.

Baca Juga: Rizky Febian Mimpi Didatangi Lina: Mama Nangis Minta Tolong

Advertisement

"Pas jam dua siang [pukul 14.00 WIB] saat [kapal Taiwan] angkat katrol, [kami] tempel kapalnya. Bentrok fisik [dari] jam dua siang sampai jam satu malam [pukul 01.00 WIB]. Bentrok fisik karena kita tak bawa alat apa-apa, sdanya botol Sprite, Fanta, kami lemparkan. Kehabisan botol kami bongkar es buat lempar-lempar. Kapal Taiwan nahkodanya bawa senjata. Tidak ditembakkan, tapi untuk menakut-nakuti," imbuhnya.

Akhirnya kapal dari Taiwan itu kabur setelah memutus jangkarnya di kapal milik Rasmijan. Tak tahunya, kapal tersebut kembali bersama dengan 19 kapal katrol lainnya. Saat itu, Rasmijan mengaku ketakutan.

Baca Juga: Musim Hujan, Harga Cabai di Pasar Kota Boyolali Naik

Advertisement

"Akhirnya tambang talinya di putus. Dia lari. Saya pikir lari sudah lari. Tahunya dia datang bersama 19 kapal. Aku ketakutan, saya kontak teman-teman Tegal, Pekalongan, Juwana, Rembang, 90 kapal porsen datang bertengkar pakai api diisi minyak tanah dilempar-lempar semaleman," katanya.

Meski tak kapok melaut di perairan Natuna, Rasmijan berharap keamanan di wilayah tersebut terjamin oleh pemerintah. Hal itu terkait kebijakan pemerintah Indonesia yang mendorong para nelayan asal Pantura Jawa untuk melaut di perairan Natuna Utara.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif