News
Jumat, 11 September 2015 - 04:40 WIB

MUSIM KEMARAU : Kemarau Panjang, Menag Ajak Umat Islam Salat Istiska

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga dan pelajar melaksanakan Salat Istiska di lapangan MAN Tlogo, Blitar, Rabu (9/9/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Irfan Anshori)

Musim kemarau di Indonesia ditandai dengan banyaknya wilayah yang dilanda kekeringan.

Solopos.com, SOLO – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengaku prihatin dengan musim kemarau panjang yang melanda Tanah Air dalam enam bulan terakhir. Karenannya Menag mengajak masyarakat melakukan berbagai upaya mengatasi kekeringan, termasuk di antaranya dengan membuat hujan buatan dan salat Istiska.

Advertisement

“Saya mengimbau umat Islam untuk mengadakan salat Istiska untuk meminta turun hujan,” kata Lukman, di Jakarta, Kamis (8/9/2015), sebagaimana diwartakan situs Setkab.go.id.

Menag mengharapkan peran para ulama, pimpinan organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam, dan imam masjid agar berinisiatif mengajak masyarakat, khususnya umat Islam mengadakan salat Istiska secara berjamaah.

Selain umat Islam, Menag juga mengimbau umat beragama lainnya turut berdoa sesuai agama masing-masing agar hujan segera turun dan membawa berkah bagi umat manusia. “Saya juga mengajak seluruh umat beragama lainnya turut berdoa agar hujan segera turun dan membawa berkah,” lanjut Menag.

Advertisement

Kepada para jemaah haji yang saat ini sudah berada di Tanah Suci, Mekah dan Madinah, Arab Saudi, Menteri Agama Lukma Hakim Saifuddin juga mengharapkan doanya agar kondisi kekeringan dan bencana asap yang melanda sejumlah daerah di Tanah Air segera sirna.

Sebagaimana diketahui, hujan yang tak kunjung turun sejak bulan Maret 2015 lalu, telah menyebabkan sumur penduduk mengering dan mulai mengancam lahan pertanian di beberapa wilayah di Indonesia.

Suhu panas akibat kekeringan panjang juga berdampak pada terbakarnya sebagian lahan hutan, menyebabkan kabut asap yang mengganggu aktivitas penduduk hingga menyebabkan penyakit pernapasan.

Advertisement

Beberapa sekolah terpaksa diliburkan karena gangguan asap yang dapat mengancam kesehatan siswa. Gangguan asap bahkan bukan saja dirasakan masyarakat Indonesia, tapi juga sudah mulai mengganggu aktivitas penduduk negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif