News
Selasa, 13 Maret 2018 - 19:30 WIB

Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadan 17 Mei, Lebaran 15 Juni 2018

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi rukyatulhilal (JIBI/Solopos/Antara/Sahrul Manda Tikupadang)

Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan jatuh pada 17 Mei 2018 dan Idul Fitri (Lebaran) pada 15 Juni 2018.

Solopos.com, JAKARTA — Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan awal puasa tahun ini pada Kamis (17/5/2018) dan Hari Raya Idul Fitri pada Jumat (15/6/2018).

Advertisement

Menurut keterangan pers yang dikeluarkan organisasi itu, Selasa (13/3/2018), Perhitungan masuknya Ramadan 2018 tersebut merujuk perhitungan astronomi atau hisab yang digunakan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengharapkan penetapan 1 Ramadan itu dapat menjadi panduan bagi warga Muhammadiyah. Berdasarkan maklumat tersebut, 1 Zulhijah tahun ini bertepatan dengan Senin (13/8/2018). Dengan demikian, Hari Arafah atau 9 Zulhijah akan jatuh pada Selasa (21/8/2018).

Hari Arafah sendiri menjadi acuan umat Muslim untuk melaksanakan puasa sunah Arafah sebelum Idul Adha. Selanjutnya, Idul Adha 10 Zulhijah jatuh pada Rabu (22/8/2018).

Advertisement

Muhammadiyah sudah bisa melakukan penetapan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha jauh sebelum keputusan pemerintah. Muhammadiyah menggunakan metode hisab untuk menentukan kalender Hijriah dan hari besar keagamaan tanpa harus menunggu hasil rukyatul hilal dan sidang isbat.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam banyak kesempatan meminta pengertian masyarakat umum untuk saling menghargai metode penetapan hari besar keagamaan. Baik pemerintah maupun Muhammadiyah, kata dia, memiliki dasar argumen yang kuat untuk penetapan hari keagamaan, seperti untuk menetapkan awal puasa dan lebaran.

Sementara itu, pemerintah menetapkan hari besar keagamaan Islam setelah melakukan sidang isbat atau penetapan yang diikuti sejumlah ormas dan perwakilan instansi, termasuk Muhammadiyah.

Advertisement

Sidang isbat mempertimbangkan hasil perhitungan hisab dan juga menggunakan metode melihat bulan (rukyat). Keduanya dipadupadankan untuk menjadi landasan penetapan hari besar keagamaan Islam.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif