News
Rabu, 22 Januari 2014 - 00:39 WIB

MUBENG BRING HARJO : Hujan, Penjualan Arang Tersendat

Redaksi Solopos.com  /  Maya Herawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi

Harianjogja.com, JOGJA–Musim penghujan memberikan dampak yang buruk bagi sejumlah pedagang, salah satunya pedagang arang di belakang pasar Beringharjo Timur. Mereka mengaku pasokan arang dari Gunungkidul berkurang.

Salah satu pedagang arang, Tini mengatakan awal tahun ini pasokan arang dan jumlah pembeli arang mulai berkurang. Kebanyakan pembeli sudah berpindah ke bahan bakar lain, hanya beberapa pedagang kuliner masakan khas Jogja saja yang mempertahankan memakai arang.

Advertisement

“Kalau awal tahun hingga tiga bulan biasanya memang sepi pembeli dan pasokan. Hujan yang turun menyebabkan pembuatan arang berkurang. Selain itu, jumlah pembeli juga turun karena tidak ada libur hari besar,” jelas Tini di Beringharjo Timur, Selasa (21/1/2014).

Tini menambahkan kualitas arang saat ini juga agak jelek dan kotor. Pasalnya banyak arang yang tercampur dengan tanah dan pasir. Akibatnya arang yang akan dibakar menjadi sulit.

“Makanya kami memisahkan arang ini dengan tanah dan pasir terlebih dahulu. Baru kami bungkus lagi per plastik untuk dijual,” jelas Tini.

Advertisement

Tini mengaku dalam sehari mampu menjual 15 karung arang. Biasanya peningkatan penjualan saat libur panjang dan tahun baru. Jika biasanya sehari bisa menjual 15 karung, pada malam tahun baru bisa menjual 30-40 karung.

Pedagang arang lain, Suparman mengatakan ada dua jenis arang yang dijual di Beringharjo saat ini. Arang dengan ukuran besar dan arang dengan ukuran kecil-kecil. Untuk yang ukuran besar biasanya dibeli untuk acara atau memasak.

“Untuk yang kecil-kecil biasanya sudah dipesan pedagang sate madura. Mereka senang dengan arang yang kecil-kecil agar tidak memotong-motong lagi. Selain itu harganya juga lebih murah,” kata Suparman yang mengatakan untuk satu plastik arang besar harganya Rp5.000 dan ukuran kecil Rp4.000.

Advertisement

Suparman mengatakan harga arang ini tidak pernah naik sejak lima tahun terakhir. Untuk itu dia berharap harga bahan kebutuhan pokok juga tidak terus-terusan naik. “Nanti kalau harga kebutuhan pokok naik keuntungan saya tidak bisa untuk makan satu keluarga,” keluhnya.

Caption
Suparman dan Tini saat memilah-milah arang yang akan dijualnya di sisi Timur Pasar Beringharjo timur, Selasa (21/1). (Harian Jogja/Joko Nugroho)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif