News
Kamis, 27 Maret 2014 - 02:43 WIB

MISTERI MALAYSIA AIRLINES MH370 : Ini Teori Paling Mengerikan Hilangnya MH370

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pencitraan satelit atas lokasi hilangnya MH370 (Marufish.com)

Solopos.com, JAKARTA — Pelbagai teori bermunculan menyusul hilang kontaknya pesawat terbang Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370, dua pekan lalu. Dari teori-teori yang bermunculan mengenai hilangnya pesawat itu, teori yang satu ini mungkin yang paling mengerikan. Sebagian pakar penerbangan mencetuskan kemungkinan pilot dan co-pilot pesawat lumpuh atau tidak sadar.

Dalam teori tersebut, para penumpang dan awak kabin yang terbang selama tujuh jam itu menjadi khawatir ada masalah dalam pesawat namun mereka tak bisa membunyikan alarm karena tak bisa menghubungi pilot maupun co-pilot. Itu terjadi karena pintu kokpit yang dirancang bagi tingkat keamanan maksimum menghalangi awak atau penumpang masuk ke ruang kokpit demi membuat kontak dengan dunia luar.

Advertisement

Ruang kokpit adalah satu-satunya penghubung ke dunia luar karena, menurut laporan Fairfax Media, tak ada satu pun sistem komunikasi darurat dalam kabin pesawat—semua berada di kokpit. Telepon seluler mungkin ada di luar jangkauan, sedangkan telepon satelit yang ada di kelas bisnis bisa jadi dimatikan, entah itu karena kesengajaan atau karena kecelakaan (kerusakan) dalam pesawat, seperti terjadi pada matinya sistem pelacakan pesawat tersebut.

“Tidak ada komunikasi yang tersedia dari kabin ke darat, hanya dari kokpit,” kata Profesor Jason Middleton, Dekan Fakultas Penerbangan Universitas New South Wales.

Advertisement

“Tidak ada komunikasi yang tersedia dari kabin ke darat, hanya dari kokpit,” kata Profesor Jason Middleton, Dekan Fakultas Penerbangan Universitas New South Wales.

Profesor Middleton mengatakan aturan keamanan pasca-9/11 membuat penumpang dan awak pesawat terisolasi dari dunia luar jika pilot pesawat tidak lagi mengendalikan pesawatnya, baik karena kesengajaan si pilot atau niat seseorang atau karena keadaan-keadaan darurat dalam pesawat.

“Adalah dunia modern [yang mensyaratkan] satu-satunya cara untuk melindungi diri dari kegiatan-kegiatan ilegal dan pembajakan adalah dengan membuat pilot aman terlindung sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mendekati mereka dan tidak ada seorang pun yang bisa mencapai sistem pesawat,” kata Middleton. Dia mengatakan pendekatan itu biasanya berfungsi dengan baik, namun mungkin tak demikian halnya dengan pada penerbangan MH370.

Advertisement

Alur terbang jet Malaysia Airlines itu—yang berhasil dipetakan perusahaan satelit Inggris Inmarsat melalui data ping pesawat—memperlihatkan bahwa pesawat ini terbang selama lebih dari tujuh jam setelah berbelok dari jalur terbang seharusnya di atas Laut China Selatan pada 8 Maret 2014. Belum ada yang tahu mengapa pesawat ini menyimpang dari lintasannya atau apakah karena kesengajaan pilot atau pesawat tengah dihadapkan pada kerusakan mesin.

Salah satu teori yang menyeruak adalah adanya kehilangan tekanan nan katastropik yang membuat semua yang ada dalam pesawat menjadi tidak sadarkan diri sehingga pesawat menjadi terbang secara auto-pilot bagai “penerbangan hantu” sampai akhirnya jatuh di selatan Samudera Hindia. Para pakar memastikan bahwa sekalipun penumpang dan awak kabin dalam keadaan sadar atau baik-baik saja, namun ketika pilot dan co-pilot dalam keadaan tidak sadar, maka penumpang dan awak tak akan bisa berbuat banyak dalam mengubah nasib mereka.

Situasi seperti ini pernah terjadi sebelumnya, pada 2005, ketika sebuah Boeing 737 Helios Airlines semula dikira telah dibajak saat pesawat ini jatuh di sebuah pegunungan di Yunani dengan menewaskan 121 orang. Ternyata penyelidikan atas kecelakaan pesawat itu menyimpulkan bahwa pilot dan co-pilotnya tidak sadarkan diri atau menyerah kepada hipoksia—keadaan patologis yang ditandai dengan berkurangnya kadar oksigen dalam jaringan tubuh—sehingga keliru mengartikan sinyal dan lampu peringatan tekanan sebagai peringatan keamanan dalam pesawat.

Advertisement

Seorang pramugara pesawat itu yang pernah dilatih menjadi pilot dan berusaha untuk tetap sadar, sempat berusaha mengendalikan pesawat namun gagal sebelum dia juga akhirnya pingsan. Pesawat itu bertahan di udara selama dua jam lebih sebelum kehabisan bahan bakar lalu terjatuh.

Hasil otopsi menunjukkan para penumpang pesawat ini dalam keadaan hidup saat pesawat terbang tanpa pemandu itu terjatuh, namun tak bisa dipastikan apakah mereka dalam keadaan sadar ketika pesawat tersebut jatuh.

Tak berdaya

Advertisement

Seorang pilot penerbangan komersial Australia yang meminta namanya tak disebutkan mengatakan pintu kokpit pesawat dengan penerbangan MH370 mungkin telah diperkuat demi alasan keamanan. Pada saat bersamaan, pilot dan co-pilot mungkin dalam keadaan tidak sadar, padahal awak tidak bisa mengakses kokpit karena pintu kokpit tak bisa ditembus. Akhirnya penumpang dan awak menjadi tak berdaya karena harus terbang tanpa pilot dan co-pilot.

“Tak ada jalan bagi mereka untuk menyalakan alarm [tanda bahaya],” tegas pilot tersebut.

Namun seorang pilot komersial lainnya yang juga tak ingin namanya disebutkan mengungkapkan awak-awak kabin pesawatnya dilatih mengenai prosedur yang membuat para awak kabin ini bisa mengakses kokpit, andaikan pilot dan co-pilot dalam keadaan tidak sadar. Pilot pesawat Amerika yang juga penulis penerbangan dan bloger Patrick Smith mengatakan andai pun untuk alasan tertentu pilot dan co-pilot tidak sadar atau terputus hubungan dengan siapa pun di luar mereka [incommunicado], maka tak ada peluang bagi awak untuk memberitahukan keadaan pesawat mereka ke dunia luar.

Masih ada spekulasi lain yang berkembang, seperti mengapa tidak ada panggilan atau pesan telepon diterima dari penumpang atau awak pesawat hilang tersebut. Namun Smith mengatakan teori ini tidak begitu beralasan karena kecuali pesawat terbang rendah dan berada dalam jangkuan menara telepon seluler, maka ponsel tidak akan berfungsi.

Vincent Lau, profesor elektronik dengan spesialisasi komunikasi nirkabel pada Universitas Sains dan Teknologi Hongkong mengatakan kepada New York Times bahwa ketinggian pesawat MH370 membuat ponsel tidak bisa berhubungan dengan menara telepon seluler di darat. Padahal menurut laman Malaysia Airlines, sistem hiburan dalam pesawat pada kelas bisnis Boeing 777-200 yang adalah model yang digunakan Penerbangan MH370, telah dilengkapi telepon satelit. Namun, Smith mengatakan sistem itu bisa dimatikan sebagaimana terjadi pada transponder dan Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS) pesawat ini.

Nyatanya, hingga kini, belum ada seorang pun yang mengetahui bagaimana dan mengapa sistem ini mati…

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif