News
Rabu, 29 Juli 2015 - 19:45 WIB

MISTERI GUNUNG LAWU : Mitos-Mitos yang Membuat Gunung Lawu Dikenal Angker

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (duniaoutbound.com)

Misteri Gunung Lawu tak bisa lepas dari kisah-kisah berbau klenik.

Solopos.com, SOLO – Kisah misteri tak bisa lepas dari keberadaan Gunung Lawu. Gunung yang terletan di perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Magetan, Jawa Timur ini sudah cukup populer di kalangan blogger.

Advertisement

Gunung yang berdiri sangat kokoh di ketinggian 3.265 mdlp tersebut terkenal dengan julukan Seven Summits of Java (Tujuh Puncak Pulau Jawa). Puncak Gunung Lawu terkenal sangat dingin. Suhu di puncak bisa sampai minus lima derajat celcius.

Salah satu tim Resque Karanganyar, Maryoto  yang sudah sangat akrab dengan Gunung Lawu juga menyebutkan jika gunung ini termasuk paling angker dan menyimpan banyak misteri yang belum pernah terungkap.

Advertisement

Salah satu tim Resque Karanganyar, Maryoto  yang sudah sangat akrab dengan Gunung Lawu juga menyebutkan jika gunung ini termasuk paling angker dan menyimpan banyak misteri yang belum pernah terungkap.

“Kalau terangker mungkin iya karena sampai sekarang Lawu itu belum terungkap misteri atau jati diri Lawu. Contoh yang paling nyata sampai sekarang tidak pernah ditemukan kuburan eyang Lawu & Sunan Lawu,” jelasnya di Posko pendakian Cemoro Kandang, Rabu (12/3/2014), seperti dikutip Solopos.com dari Okezone.

Menurut cerita leluhur yang didapat dari Sardi salah satu pemilik warung di sekitar pos pendakian Cemoro Kandang menyebutkan jika Gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan ada hubungan dekat dengan tradisi dan budaya keraton Solo dan Yogyakarta misalnya upacara labuhan setiap bulan Sura.

Advertisement

Tiga Puncak Lawu

Gunung Lawu juga menyimpan misteri pada tiga puncaknya dan menjadi tempat yang dianggap sakral  di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan (menghilangnya) Prabu Brawijaya, Harga Dumiling diceritakan  sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon yang merupakan abdi setia dari Prabu Brawijaya, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang meditasi pagi penganut kejawen.

Lebih lanjut Sardi menjelaskan, setiap pendaki yang pernah naik ke puncak Lawu pasti memahami berbagai larangan tidak tertulis yang harus dipatuhi. Misalnya ketika akan mendaki gunung Lawu adalah  dilarang mengucapkan kata kesel (capai) ketika sedang dalam perjalanan menuju puncak.
“Tidak boleh ngresula [mengeluh], capai, nanti tiba-tiba stamina kita akan mendadak menurun. Jika berkata dingin maka kita akan kedinginan,” jelasnya lagi.

Advertisement

Seperti kebanyakan gunung yang ada di Indonesia yang kental dengan aura mistisk, gunung Lawu memiliki pasar yang di sebut pasar setan. Yaitu pasar yang tak terlihat dengan kasat mata. Hanya terdengar suara ramai saja. Dan tidak semua orang bisa mendengarnya.

Selain  mendengar berbagai cerita mistik dari para pendaki yang istirahat di warung miliknya, Sardi juga pernah mengalami hal yang sama sewaktu mudanya dulu.

“Dulu saya pernah sekali mengalami. Makanya jika sedang mendaki dan mendengar suara berbahasa Jawa yang menanyakan ‘arep tuku apa mas’, [beli apa mas] segera saja buang uang berapa saja. Yang pasti buang di sekitar tempat di mana kita mendengar suaranya. Terus petik daun di sekitar tempat itu seperti kita sedang belanja,” terangnya panjang lebar.

Advertisement

Selain Kyai Jalak sebagai penunjuk jalan, kadang kala juga muncul kupu-kupu berwarna hitam, namun di tengah kedua sayapnya terdapat bulatan besar berwarna biru mengkilap.

“Katanya jika melakukan pendakian, melihat kupu-kupu dengan ciri seperti itu adalah pertanda bahwa  kehadiran pendaki  disambut baik [diijinkan] oleh penjaga Gunung Lawu.  Jangan pernah  menganggu, mengusir dan membunuhnya,” ungkapnya.

Dan yang paling penting adalah pantangan mengenakan baju berwarna  hijau daun, dan dilarang mendaki Puncak Lawu dengan rombongan yang berjumlah ganjil.

“Jangan naik puncak jika jumlah pendakinya ganjil,  takutnya nanti akan tertimpa kesialan. Satu hal lagi yang harus diingat, jika tiba-tiba ada  ampak-ampak [kabut dingin] yang di barengi suara gemuruh, jangan nekat naik.  Turun saja atau berbaring tertelungkup di tanah,” pesannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif