Gunungkkidul--Gunungkidul menjadi tumpuhan sejumlah daerah produsen penghasil bata dan genting. Selama ini merang dari petani asal Gunungkidul menjadi andalan perajin untuk bisa bertahan dalam produksi.
Sastro Raharjo, 58, petani di Semanu baru-baru ini mengaku selama ini cukup terbantu dengan menyimpan merang atau kulit biji padi setiap ladangnya memanen padi. Merang dari hasil penggilingan selalu diandalkan beberapa pengusaha genting di Kebumen, Jateng untuk keperluan produksi genting.
“Lumayan sudah beberapa tahun ini merang dari saya selalu terjual beberapa kuintal untuk dibawa ke Kebumen sebagai pembakar genting,” katanya enggan menyebut harga merang setiap karung berukuran 50 kilogram.
Sementara Rubiyanti, petani Padukuhan Tanjung Desa Beleberan Kecamatan Playen mengaku biasanya menjual sekam merang seharga Rp 6000 per sak kepada pengepul. Untuk pedagang yang mau mengumpulkan sendiri, Rubiyanti hanya mematok harga Rp 3.500. “Biasanya Klaten yang memesan untuk bahan pembakaran produksi genting atau bata,” jelas petani wanita Bleberan.
Di sisi lain Sutiyo, 42, salah satu awak truk angkutan barang di Sleman bahkan setiap bulan mendapat order untuk mengangkut merang dari Gunungkidul ke sejumlah wilayah Sleman untuk kepentingan bahan produksi bata. “Konon panas yang dihasilkan dari merang gunungkidul cukup baik. Panas bisa stabil dan awet,” sahut Jarwanto kernet truk angkutan barang.
(JIBI/Harjo/end)