Redaksi Solopos.com / Indah Septiyaning Wardani | SOLOPOS.com
Jakarta–Jika dalam tahun ini konsumsi BBM sulit dikendalikan, pembengkakan subsidi bisa mencapai Rp100 triliun.
“Saat ini besaran subsidi BBM mencapai Rp89 triliun lebih atau ekuivalen dengan kuota 36,5 juta kiloliter. Kalau misalmya tidak dilakukan mekanisme pengendalian konsumsi, kuota BBM bersubsidi bisa tembus 40 juta kiloliter atau naik 10%. Kalau berpikir linier, pembengkakan subsidi BBM hampir mencapai Rp100 triliun,” kata Menteri ESDM, Darwin Z. Saleh di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (30/6).
Jadi, lanjutnya, angka Rp8 triliun sampai Rp10 triliun kalau dipakai untuk menarik jaringan listrik sangat bagus meningkatkan mutu pelayanan listrik. Apalagi sektor kelistrikan per tahun membutuhkan dana US$ 8-9 miliar atau sekitar Rp70 triliun sampai Rp80 triliun.
Ia menjelaskan sudah saatnya masyarakat harus memiliki kesadaran akan konsumsi BBM. Dirjen Migas dan jajarannya sudah merencanakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi, khususnya pelanggan tertentu.
“Saya hargai jajaran Pertamina yang telah mempopulerkan BBM non-subsidi seperti Pertamax dan sejenisnya. Sebab sudah waktunya yang tidak layak pakai BBM bersubsisi jangan mengkonsumsinya,” katanya.
inilah/isw