News
Jumat, 4 Januari 2019 - 12:35 WIB

Menristekditi Pertimbangkan Penggabungan 25% PT di Urutan Terbawah

Redaksi Solopos.com  /  Ayu Prawitasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SEMARANG — Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir mempertimbangkan rencana penggabungan 25% perguruan tinggi (PT) di urutan terbawah seperti yang telah dilakukan di Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Nasir mengatakan kampus ke depan bisa menjadi museum seiring perkembangan teknologi. “Kenapa museum? Karena mereka mungkin sudah tidak lagi kuliah di kampus,” kata dia saat membuka Rapat Kerja Nasional Kemenristek Dikti 2019 di Universitas Diponegoro Semarang, Kamis (3/1/2018) seperti dilansir Antara.

Advertisement

Perkembangan yang terjadi di dunia ini sangat cepat, mulai dari transportasi, telekomunikasi, perhotelan, konstruksi, perbankan, sampai perguruan tinggi. Pada perguruan tinggi, kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Undip ini, perkembangan teknologi telah merambah sistem perkuliahan yang tidak mengharuskan tatap muka.

“Anywhere, anyplace, anytime [di mana pun dan kapan pun]. Perguruan tinggi menghadapi hal yang sama. Kalau tidak diperhatikan, akan tergilas,” kata dia.

Nasir menjelaskan pendidikan tinggi di luar negeri mulai menyiapkan diri menghadapi perkembangan yang dinamakan disruptif, terkait perubahan yang sangat mendasar. Menghadapi perubahan tersebut, penting kebijakan perampingan perguruan tinggi, seperti yang dilakukan di AS terhadap 25% kampus yang berada paling bawah.

Advertisement

“Korea Selatan juga menerapkan. Perguruan tinggi yang berada 25& terbawah diperkirakan tutup atau bergabung hingga 10-15 tahun ke depan,” kata dia.

Tidak menutup kemungkinan di Indonesia juga terjadi merger atau akuisisi antar-PTN seiring perubahan disruptif tersebut. “Mungkin saja terjadi, tetapi kapannya nanti. Nanti bisa muncul yang namanya holding di PTN,” kata Nasir.

Perubahan disruptif yang terjadi secara mendasar dan sedemikian cepat akan memengaruhi kehidupan sehari-hari maupun perilaku masyarakat di masa mendatang. “Dalam sistem pembayaran. Yang namanya cashless [nontunai] sudah menggunakan kartu, e-money. Dulu, tidak ada anjungan tunai mandiri [ATM]. Perubahan begitu cepat,” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif