News
Rabu, 20 Oktober 2021 - 06:56 WIB

Meninggal karena Covid-19, Eks Menlu AS Colin Powell Juga Idap Kanker

Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mantan Menlu AS Colin Powell. (Liputan6)

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Colin Powell meninggal dunia karena komplikasi Covid-19 di usia 84 tahun. Eks perwira tinggi militer itu sebelumnya sudah menerima vaksinasi lengkap.

Ia memiliki riwayat penyakit sebelumnya, didiagnosis mengidap multiple myeloma, salah satu kanker darah. Kondisi ini yang membuat dirinya lebih rentan terpapar Covid-19.

Advertisement

Seperti dilansir Detikcom dari BBC, dia juga diketahui mengidap penyakit Parkinson. Colin Powell meninggal pada Senin (18/10/2021) pagi.

Powell menjadi menteri luar negeri Afrika-Amerika pertama tahun 2001 di bawah Presiden Republik George W Bush. Dia juga memicu kontroversi karena membantu menggalang dukungan untuk Perang Irak.

Advertisement

Powell menjadi menteri luar negeri Afrika-Amerika pertama tahun 2001 di bawah Presiden Republik George W Bush. Dia juga memicu kontroversi karena membantu menggalang dukungan untuk Perang Irak.

Baca Juga: Meninggal karena Covid, Ini Rekam Jejak Mantan Menlu AS Colin Powell

Lantas, seberapa efektif vaksin Covid-19 terhadap pengidap multiple myeloma?

Advertisement

Saat antibodi menyerang virus yang menyebar di dalam tubuh, sel-T justru akan menyerang sel yang telah terinfeksi. Sel-T tersebut juga menghasilkan sinyal penting yang mengarah pada respons imun lain dalam membatasi tingkat infeksi.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini : 20 Oktober 1944, Pembebasan Beograd dari Jerman

Dikutip Detikcom dari Reuters, studi tersebut meneliti 44 pasien dengan myeloma yang telah divaksinasi lengkap dengan vaksin Pfizer dan Moderna. Hasilnya, mereka memiliki respons antibodi yang rendah atau bahkan tidak sama sekali terhadap antibodi yang diberikan vaksin Corona.

Advertisement

Selain itu, laporan tersebut juga menunjukkan tidak adanya sel-T yang bisa membantu melindungi mereka dari infeksi Covid-19 yang parah.

“Kurangnya respons sel-T yang tak terduga, ditambah dengan tidak adanya antibodi setelah vaksinasi SARS-CoV-2, itu menjadi perhatian,” kata pemimpin studi Dr Samir Parekh dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York City.

Maka dari itu, para peneliti mengatakan perlunya tes darah. Ini berfungsi untuk memantau respons imun pada pasien setelah vaksinasi Covid-19, seperti yang dialami Colin Powell.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif