News
Rabu, 19 Juli 2023 - 22:50 WIB

Mengenang Peristiwa Karbala, Cara Kota Pariaman Memperingati Tahun Baru Islam

Wilda Arifati  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tabuik dibuang ke laut. (wikimedia common)

Solopos.com, PARIAMAN — Upacara tradisi Tabuik merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau yang ada di daerah pantai Sumatra Barat, tepatnya adalah di Kota Pariaman untuk memperingati Tahun Baru Islam.

Upacara ini dilaksanakan pada hari Asyura atau pada tanggal 10 Muharram untuk memperingati kematian Husein bin Ali.

Advertisement

Kata Tabuik sebenarnya merupakan kata Tabut yang dalam bahasa Indonesia berarti peti terbuat dari anyaman bambu yang diberi kertas berwarna untuk dibawa arak-arakan untuk memperingati Hasan dan Husein pada tanggal 10 Muharram. 

Istilah Tabuik ada karena dialek Minang yang mengucapkan konsonan akhir ‘t’ menjadi ‘ik’.

 Dilansir dari kebudayaan.kemendikbud.go.id yang diakses pada Kamis (13/7/2023), di Pariaman, Tabuik merupakan keranda yang diibaratkan sebagai tempat mayat Husein bin Ali yang terbuat dari bambu atau kayu rotan yang dihiasi bunga salapan. 

Advertisement

Bagian bawah Tabuik terdapat seekor burung Buraq berkepala manusia dan atasnya terdapat satu tangkai bunga salapan yang disebut sebagai puncak Tabuik.

 Tradisi Tabuik menandakan kebesaran Allah yang membawa jenazah Husein bin Ali ke langit dengan Buraq. 

Burqa tersebut sebagai media yang meninggal dengan mengenaskan saat perang di Karbala. Upacara ini melibatkan banyak orang dari masyarakat hingga pemerintah daerah ikut andil dalam persiapan hingga tahap akhir acara ini.

Sebelum hari dilaksanakannya Tabuik, masyarakat setempat menyiapkan sebuah tempat yang dilingkari dengan bahan alami (pimpiang) empat persegi yang didalamnya diberi tanda sebagai kiasan bercorak makam yang disebut ‘daraga’ di setiap rumahnya. Daraga ini berfungsi sebagai pusat dan tempat alat ritual.

Advertisement

Prosesi Upacara Tabuik

Pada tanggal 1 Muharram dilakukan pengambilan tanah pada sore hari. Proses ini disertai dengan arak-arakan yang dimeriahkan dengan gendang tasa. 

Pengambilan tanah ini dilakukan oleh dua kelompok Tabuik, yaitu Tabuik Pasar dan Tabuik Subarang. Tanah harus diambil oleh laki-laki berpakaian jubah putih yang melambangkan kejujuran Husein.

Setiap kelompok mengambil tanah pada tempat yang berbeda dan berlawanan arah. Kelompok Tabui Pasar mengambil tanah di Desa Pauh.

Advertisement

Sedangkan Kelompok Tabuik Subarang mengambil tanah di alai-gelombang yang berjarak kurang lebih 600 meter dari daraga atau rumah Tabuik. Setelah diambil, tanah tersebut dibawa ke daraga sebagai simbol kuburan Husein.

Pada tanggal 5 Muharram dilakukan penebangan batang pisang yang mencerminkan ketajaman pedang yang digunakan dalam perang sebagai tuntutan balas atas kematian Husein. 

Penebangan ini dilakukan oleh seorang laki-laki berpakaian silat. Batang pisang ini harus ditebang putus dalam sekali pancung.

Tanggal 7 Muharram, diadakan prosesi Mataam setelah salat zuhur oleh keluarga yang menghuni rumah Tabuik. 

Advertisement

Mereka akan berjalan’ beriringan mengelilingi daraga sambal membawa peralatan ritual Tabuik seperti jari-jari, sorban, pedang Husein, dan lainnya. 

Kegiatan ini dilakukan sambal menangis meratap sebagai simbol kesedihan mendalam atas kematian Husein dan daraga merubakan pengibaratan kuburan Husein.

Selanjutnya masih pada 7 Muharram diadakan Maarak Panja atau Maarak Jari-jari. Kegiatan ini dilakukan dengan membawa tiruan jari-jari tangan Husein yang tercincang. 

Hal ini dilakukan sebagai simbol bukti kekejaman raja zalim. Kegiatan ini dimeriahkan dengan ‘Hoyak Tabuik Lenong’ yaitu Tabuik berukuran kecil yang diletakkan di atas kepala seorang laki-laki dan diiringi dengan bunyi gandang tasa.

Tanggal 8 Muharram sore, masyarakat mengadakan Maarak Sarobak yang bertujuan untuk memberi informasi pada masyarakat lain tentang sorban atau penutup kepala Husein yang terbunuh dalam perang Karbala. 

Kegiatan ini dilakukan dengan membawa Tabuik Lenong berukuran kecil serta diiringi gendang tasa dan sorak-sorai.

Advertisement

Pada tanggal 10 Muharram dini hari menjelang fajar di pondok pembuatan Tabuik, dilakukan penyatuan dua bagian Tabuik menjadi Tabuik yang utuh. 

Setelah matahari terbit, Tabuik dibawa ke arena jalan dan ditampilkan sepanjang hari. Kegiatan ini dinamakan Tabuik Naik Pangkat.

Masih pada tanggap 10 Muharram, masyarakat melaksanakan Pesta Hoyak Tabuik. Mulai pukul 9 pagi, Tabuik Pasar dan Tabuik Subarang ditampilkan di tengah pengunjung pesta sebagai perumpamaan peristiwa perang Karbala.

Acara ini dilaksanakan hingga sore hari sambil Tabuik diusung menuju pinggir pantai seiring terbenamnya matahari. Pukul 6 sore, masing-masing Tabuik dilemparkan ke laut oleh dua kelompok di tengah kerumunan pengunjung.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif