News
Sabtu, 17 Juni 2023 - 12:36 WIB

Mengenal Goara-Goara, Inovasi Dosen UTP Solo Lestarikan Permainan Tradisional

Dhima Wahyu Sejati  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Simulasi permainan Goara-Goara yang merupakan gabungan dari berbagai permainan tradisional. Simulasi dilakukan di kampus UTP Solo, belum lama ini. (Istimewa).

Solopos.com, SOLO — Lewat riset yang dilakukan, Dosen Pendidikan Jasmani Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo, Slamet Santoso, membuat inovasi baru dengan menciptakan olahraga atau permainan bernama Goara-Goara. Kata Goara merupakan akronim dari gabungan olahraga tradisional.

“Saya namakan Goara-Goara karena penggabungan atau gabungan olahraga tradisional. Ini merupakan suatu model inovasi dari gabungan olahraga tradisional yang terdapat di Indonesia,” kata dia kepada Solopos.com melalui keterangan tertulis, Sabtu (17/6/2023).

Advertisement

Dia sengaja menggabungkan banyak permainan tradisional, sehingga menjadi olahraga baru. Slamet merasa permainan-permainan tradisional itu harus terus lestari. Inovasi yang dia lakukan tentu agar banyak orang kembali memainkanya.

Setidaknya ada delapan permainan tradisional yang digabung yakni rangku alu, balap karung, permainan lompat tali bertahap/bertingkat, suda manda/engklek, permainan lompat tali berputar, egrang bambu, boy-boyan, dan panjat bambu.

Slamet menyebut permainan itu dimainkan secara bertahap dan berkesinambungan dalam waktu yang secepat-cepatnya. Mulanya, Slamet resah melihat banyak bocah yang lebih memilih bermain telepon pintar ketimbang beraktivitas fisik dengan bermain bersama teman di luar rumah. Berbeda dengan masa kecil Slamet yang sering bermain permainan engklek, petak umpet, balap karung, betengan, sampai lompat tali.

Advertisement

“Nah, saya melihat itu jadi kangen, saya jadi berpikir bagaimana saya bisa menciptakan permainan tradisional yang bisa dinikmati oleh semua kalangan termasuk anak-anak yang bisa dimainkan di era modern ini,” jelas Slamet. 

Dia mengaku sedih ketika bocah sekarang tidak lagi mengenal permainan tradisional, seperti yang pernah dimainkan semasa kecil. Terlebih kebiasaan memainkan telepon pintar, berpotensi membuat candu.

Hal ini menyebabkan bocah sekarang, perlahan-lahan tidak lagi mengenal permainan tradisional. Padahal kalau kita kaji kembali, menurut Slamet masih banyak permainan tradisional yang ada di Jawa Tengah.

Advertisement

“Namun seiring perkembangan zaman permainan tradisional mulai memudar dan jarang dimainkan oleh anak-anak ataupun masyarakat, di situ saya merasa sedih dan sayang aja siapa yang nantinya melestarikan permainan tradisional ini,” ungkap Slamet.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif