News
Rabu, 18 Januari 2023 - 15:02 WIB

Menambah Keterampilan Wirausaha Jadi Solusi Siswa SMK Lulusan Corona

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelajar SMA/SMK. (freepik)

Solopos.com, SOLO—Menambah keterampilan wirausaha menjadi solusi untuk siswa SMK lulusan Corona atau angkatan 2020-2021 yang dianggap susah mendapat pekerjaan.

Hal itu disampaikan Kasi Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Wilayah VII, Pangarso Yuliatmoko, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (18/1/2023). 

Advertisement

Dia memberikan solusi tersebut atas masalah siswa SMK yang tidak bisa belajar praktik di kelas lantaran kebijakan belajar di rumah.

“Memang selama pandemi 2020-2021, di dua tahun itu tidak mendapatkan layanan pembelajaran sebagaimana mestinya. Kebijakannya waktu itu kan daring. Nah daring itu membuat anak-anak kesulitan terutama buat praktik,” kata dia.

Advertisement

“Memang selama pandemi 2020-2021, di dua tahun itu tidak mendapatkan layanan pembelajaran sebagaimana mestinya. Kebijakannya waktu itu kan daring. Nah daring itu membuat anak-anak kesulitan terutama buat praktik,” kata dia.

Dia juga tidak membantah bahwa angkatan tersebut memang kurang memiliki bekal untuk menghadapi dunia kerja. “Terutama di mutu lulusannya ya, ujian saja kan seolah-olah hanya sekadarnya. Semuanya kan daring,” katanya. Dari situ akan mempengaruhi kompetensi anak.

Apalagi, kata dia, siswa SMK tidak bisa mendapat fasilitas secara maksimal dari sekolah. Kendala terbesar misal dari jurusan mesin atau otomotif.

Advertisement

Pembelajaran daring melalui kanal YouTube, meski menampilkan gambar dan video, pada akhirnya hanya akan membuat siswa stagnan dan sulit berkembang. “Tanpa memegang [alat] langsung, itu masalahnya,” tambah dia.

Menurunnya kondisi itu disebabkan oleh beberapa industri yang terpaksa harus gulung tikar.

“Termasuk perekrutan menjadi minim dan itu berimbas pada lulusan SMK. Yang mendapat kerja tidak sampai 50%, mungkin,” katanya.

Advertisement

Dia mengatakan sudah berkoordinasi dengan sekolah-sekolah terutama SMK untuk memperhatikan masalah tersebut. “Bagi anak-anak yang masih masa tunggu [belum bekerja], kita dorong sekolah buat memfasilitasi anak kalau ingin praktik lagi, misalnya. Kami imbau sekolah untuk membuka [kesempatan tersebut],” tambah dia.

Dia tidak memungkiri selama pandemi itulah yang menyebabkan banyak siswa terpaksa berstatus sebagai pengangguran. “Itu memang di luar kendali kita. Kebijakannya harus daring,” papar dia.

Bisa saja waktu itu, ada opsi untuk siswa belajar menggunakan teknologi virtual reality (VR) agar proses praktik lebih maksimal. 

Advertisement

Namun, fasilitas teknologi serba canggih seperti itu tidak memungkinkan dimiliki semua sekolah kejuruan. “Dan anak-anak juga punya fasilitas itu di rumah. Nah itu menjadi kendala,” katanya.

Dia menawarkan dua solusi. Pertama, anak-anak mengikuti Balai Pelatihan Kerja (BPK), tujuannya tentu menambah keterampilan. Kedua, membekali para peserta didik sekolah kejuruan itu keterampilan berwirausaha.

“Kita dorong melalui kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah. Di sana ada kegiatan produk kreatif sekolah. Diharapkan nanti itu bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh sekolah untuk memberikan bekal anak supaya lulus paling tidak bisa berwirausaha,” imbuhnya.

Memilih Kuliah

Ditemui terpisah, Waka Kesiswaan SMKN 2 Solo, Nurgiyanto, menyebut karena kesulitan mencari kerja, akhirnya banyak siswanya yang memilih lanjut kuliah. 

“Anak-anak itu kemudian malah banyak yang kuliah. Karena mungkin merasa cari kerja sulit, ketika cari kerja ternyata banyak industri yang gulung tikar,” katanya kepada Solopos.com, Selasa (18/1/2023).

Jumlahnya pun cukup banyak. Hampir separuh siswa SMKN 2 Solo memutuskan lanjut ke perguruan tinggi. “Sekitar 40% yang kuliah, kalau yang mendapat kerja berdasar data terakhir ya sekitar 30%,” katanya. 

Pangarso juga membenarkan ada beberapa siswa yang akhirnya memilih untuk kuliah.  “Memang yang mampu akan kuliah, tapi kuliah sekarang kan juga mahal, tidak semua bisa. Segmen SMK itu kan rata-rata kelas menengah ke bawah. Kadang ada yang tidak mampu. Kecuali dapat KIP kuliah,” imbuhnya.

Meski begitu dia merasa keadaan industri semakin ke sini sudah mulai normal. “Kemarin sudah mulai kelihatan ada perekrutan yang berjalan lagi. Jadi harapannya segera pulih,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif