News
Jumat, 13 November 2015 - 01:40 WIB

MEA 2015 : Asmindo Rumuskan Standarisasi Tenaga Kerja, Begini Bentuk Rumusannya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

MEA 2015, Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia merumuskan standar tenaga kerja di industri mebel.

Solopos.com, SOLO–Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) merumuskan standarisasi bagi tenaga kerja di industri mebel untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diberlakukan pada akhir tahun ini.

Advertisement

Ketua Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) Soloraya, Yanti Rukmana, mengatakan pengusaha mebel sudah terbiasa menghadapi perdagangan bebas karena sudah terbiasa mengirimkan produknya ke luar negeri.

Dia menyampaikan untuk produk tidak perlu khawatir dengan persaingan yang akan semakin ketat saat MEA diberlakukan.

Hal ini karena produk dari masing-masing daerah memiliki keunggulan. Dia mengungkapkan produk Indonesi memiliki keunggulan karena masih handmade.  Menurut dia, yang mengkhawatirkan adalah tenaga kerja yang bakal diserang dengan tenaga kerja terampil yang bersertifikat dari luar negeri.

Advertisement

“Sudah dirumuskan standarisasi keahlian tenaga kerja dan disahkan pada akhir November dan nantinya akan tertuang dalam Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Setelah itu, akan menyusun program dan membuat balai latihan keterampilan [BLK],” ungkap Yanti kepada Solopos.com, Kamis (12/11/2015).

Dia menyampaikan selama ini sudah ada pelatihan kepada tenaga kerja atau pengrajin tapi masih sebatas desain sedangkan sertifikasi tenaga kerja belum dilakukan secara massif, baru di beberapa perusahaan. Namun dari sisi tenaga kerja dinilai cukup mengkhawatirkan karena masih banyak yang belum bersertifikat.

“Industri mebel memang kesulitan mencari tenaga kerja karena biasanya lebih memilih bekerja di usaha lain. Hal ini karena pekerjaannya yang cukup berat meski dari sisi gaji sebenarnya juga lebih tinggi. Namun saat ini sudah tidak sesulit beberapa tahun lalu dalam mencari pekerja sehingga diharapkan pekerja di Tanah Air tidak kalah dengan luar negeri,” jelasnya.

Advertisement

Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Ashepi) Soloraya, Eko Suprihono, mengaku tidak terlalu khawatir dengan MEA. Apalagi selama ini pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terbukti mampu menghadapi krisis sehingga saat ada perdagangan bebas pun dinilai masih tetap kuat.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, menyampaikan terus mendukung peningkatan kualitas SDM dengan melakukan pelatihan, pendampingan, dan studi banding. Dia mengatakan pendampingan dilakukan secara melekat terutama kreativitas, seperti pembuatan desain.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif