News
Rabu, 9 Desember 2015 - 01:50 WIB

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN : "Indonesia Jangan Hanya Jadi Penonton MEA!"

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (aseansec.org)

Masyarakat Ekonomi ASEAN akan dilaksanakan mulai awal tahun 2016 mendatang.

Solopos.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia dinilai harus memberdayakan masyarakat secara optimal untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai tahun 2016. Hal itu agar Indonesia tak hanya menjadi penonton dalam pasar bebas Asia Tenggara itu.

Advertisement

“Saya mengkhawatirkan dalam era MEA, Indonesia hanya menjadi penonton,” kata Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (8/12/2015).

Menurut dia, dengan pemberlakuan MEA akan banyak produk asing yang membanjiri Indonesia antara lain karena produk itu lebih kompetitif, berkualitas, dan harga murah.

Advertisement

Menurut dia, dengan pemberlakuan MEA akan banyak produk asing yang membanjiri Indonesia antara lain karena produk itu lebih kompetitif, berkualitas, dan harga murah.

Begitu pula, lanjutnya, dengan tenaga kerja asing yang dinilai lebih kompetitif sehingga Indonesia dicemaskan juga hanya menjadi pasar. “Saat ini banyak warga Thailand yang telah dan sedang mempelajari bahasa Indonesia guna menghadapi MEA,” beber Hidayat.

Sebagaimana diberitakan, Menteri Perdagangan Thomas Lembong merasa yakin Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam negeri mampu menghadapi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang akan mulai berlaku aktif pada 1 Januari 2016.

Advertisement

Thomas mengatakan salah satu upaya pemerintah untuk mendukung keberlangsungan usaha UKM, pemerintah telah melakukan deregulasi dan debirokratisasi untuk menyederhanakan proses perizinan dan menyelesaikan masalah regulasi yang tumpang tindih.

Sebelumnya, Direktur Kerja Sama Fungsional ASEAN, Kementerian Luar Negeri RI J.S. George Lantu mengatakan tenaga kerja di Indonesia tidak perlu khawatir dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

“Ada delapan sektor yang dibuka. Pada saat negosiasi dilaksanakan, delegasi Indonesia mempertimbangkan apa keuntungan dan kekuatan Indonesia dalam delapan sektor tersebut,” katanya dalam seminar di Padang, Kamis (3/12/2015).

Advertisement

George menyebutkan, empat dari kedelapan sektor tersebut Indonesia cukup memiliki kekuatan antara lain teknisi, perawat, kepariwisataan dan arsitektur.

Sedangkan empat sektor lainnya adalah akuntan, tenaga survei, praktisi medis dan dokter gigi.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif