News
Sabtu, 17 Juni 2017 - 17:30 WIB

Masjid Liberal Jerman Pakai Imam Perempuan, Saf Pria dan Wanita Bercampur

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salat berjamaah di Masjid Liberal Berlin, Jerman. (Istimewa/Dailymail.co.uk)

Masjid Liberal diselenggarakan seorang bernama Seyran Ates.

Solopos.com, BERLIN – Sebuah masjid yang dijuluki sebagai “Masjid Liberal” diresmikan di Berlin Jerman. Masjid yang menempati salah satu bangunan Gereja Protestan Sankt-Johannes-Kirche di kawasan Moabit ini mulai beroperasi Jumat (16/6/2017).

Advertisement

Masjid Ibn-Ruschd-Goethe diambil dari nama pemikir Arab Ibnu Rusyd, yang juga dikenal sebagai Averroes (1126 – 1198) dan nama pemikir dan penyair Jerman Johann Wolfgang von Goethe.

Masjid ini menuai reaksi keras berbagai pihak lantaran melarang jamaahnya untuk menggunakan niqab dan burka. Kelompok yang membuka masjid kontroversial ini mengatakan pelarangan burqa dan niqab di masjid tersebut murni pernyataan politik dan tidak ada hubungannya dengan agama.

”Pada dasarnya, pintu masjid terbuka untuk semua orang, dengan satu pengecualian; tidak ada yang akan datang dengan niqab atau burka,” kata penyelenggara masjid, Seyran Ates, yang pindah dari Turki ke Jerman sejak usia enam tahun, dalam wawacaranya dengan Spiegel Online sebagaimana dilansir Dailymail, Sabtu (17/6/2017).

Advertisement

Kontroversi masjid ini bukan sebatas itu. Masjid juga memakai imam seorang perempuan. Ada pula kebijakan pria dan wanita juga akan diizinkan untuk salat dan berkhotbah bersama, bukan secara terpisah. Anggota komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) juga akan disambut.

Salat berjamaah di Masjid Liberal Berlin, Jerman. (Istimewa/Dailymail.co.uk)

Tujuan pembukaan masjid itu untuk menjangkau mereka yang belum pernah merasakan berada di masjid mana pun di Berlin, khususnya yang merasa beriman secara modern, damai, liberal, toleran dan tidak menginginkan khotbah yang memecah belah secara politis.

Advertisement

Dia juga berharap bisa menjangkau lebih banyak Muslim konservatif. Menurutnya, pintu masjid terbuka bagi siapa saja yang ingin mengajukan pertanyaan.

”Di sini kita tidak memberitahu siapa pun tentang seorang Muslim yang baik dan buruk,” kata Ates, yang dikutip Sabtu (17/6/2017).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif