News
Kamis, 14 Desember 2023 - 16:57 WIB

Masih Emosional, Citra Gemoy Prabowo Luntur pada Debat Pertama Capres 2024

Newswire  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Prabowo Subianto dicitrakan gemoy oleh partai pendukungnya. (Istimewa/Twitter X)

Solopos.com, SOLO — Citra gemoy yang dibangun calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto, dinilai luntur pada debat pertama capres-cawapres 2024 yang digelar KPU, Selasa (12/12/2023) malam.

Pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing, mengungkapkan ada ketidaksinkronan antara branding tersebut dengan perilaku Prabowo saat debat.

Advertisement

“Terlihat ada ketidaksinkronan antara branding gemoy, dengan perilaku ketika debat. Perangai Prabowo mengonfirmasi karakter emosional yang asli, sebelum muncul citra gemoy,” katanya dalam keterangan tertulis sebagaimana dilansir Antara, Kamis (14/12/2023).

Menurut dia, gemoy berarti menggemaskan. Julukan itu lekat pada Prabowo karena kerap berjoget atau menari secara spontan, ketika menghadapi keadaan “sulit”.

Advertisement

Menurut dia, gemoy berarti menggemaskan. Julukan itu lekat pada Prabowo karena kerap berjoget atau menari secara spontan, ketika menghadapi keadaan “sulit”.

Salah satu aksi joget Prabowo yang viral ialah saat berhadapan dengan jurnalis Najwa Shihab dalam adu gagasan ala Mata Najwa di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pertengahan September lalu.

Citra Prabowo sebagai sosok yang menggemaskan alias gemoy itu tidak muncul pada Pilpres 2019. Ketika itu, Prabowo dikenal publik sebagai sosok yang tegas dan cenderung emosional. Dalam salah satu momen kampanye, Prabowo bahkan pernah terekam menggebrak podium saat sedang berorasi.

Advertisement

Emosi Prabowo

Dalam debat perdana Pilpres 2024 digelar di halaman Gedung KPU, Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2023), Prabowo memang terekam berulang kali menanggapi argumentasi lawan politiknya secara emosional.

Ketika dalam salah satu sesi debat Anies Baswedan mengkritik partai politik yang kerap mendapat persepsi buruk dari masyarakat. Kinerja parpol yang melempem, kata Anies, turut menyebabkan demokrasi memburuk. Ia juga menyinggung lemahnya peran oposisi.

Saat diberi kesempatan menanggapi, Prabowo justru menyebut Anies berlebihan. Ia lantas menyinggung bagaimana Anies sukses menjadi Gubernur DKI Jakarta lantaran disokong Partai Gerindra lewat proses yang demokratis. Ada peran parpol di situ.

Advertisement

“Mas Anies, Mas Anies. Anda itu berlebihan. Jika oposisi ditekan oleh Jokowi, kalau Jokowi itu otoriter, Anda tidak mungkin jadi Gubernur DKI. Anda ingat, saya yang membawa Anda jadi Gubernur,” kata Prabowo menegaskan.

Anies menyerang balik dengan menyebut Prabowo tak tahan berlama-lama jadi oposisi. Ia bahkan mengungkap salah satu pembicaraannya dengan Prabowo. Menurut Anies, Prabowo tak betah jadi oposisi lantaran bisnisnya tak bisa berkembang.

“Dalam perdebatan itu kan terucap kata, ‘Mas Anies, Mas Anies!’. Itu memiliki makna superior. Pada forum perdebatan formal apa pun, latar belakang itu harus egaliter dan tidak boleh (kandidat) itu memposisikan superior dibanding orang lain,” tutur Emrus.

Advertisement

Tak hanya ketika berdebat dengan Anies, emosi Prabowo yang membangun citra gemoy itu juga sempat terpantik saat menanggapi pertanyaan Ganjar soal dugaan terlibat dalam kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu. Prabowo berdalih serangan semacam itu hanya dipakai lawan politik untuk menjatuhkan pamornya sebagai capres.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif