Redaksi Solopos.com / Indah Septiyaning Wardani | SOLOPOS.com
Solo (Espos)--Sejumlah pelajar di Kota Solo mengaku resah lantaran maraknya video porno yang tengah marak beredar di masyarakat melalui internet.
Tidak sedikit kaum netter atau pengguna internet yang merupakan pelajar, dengan maraknya pemberitaan melalui media massa membuat mereka penasaran untuk mendapatkan video yang berdurasi dua hingga enam menit itu.
Berdasarkan pantauan Espos, Rabu (9/6), sejumlah pelajar telah memiliki rekaman video hot yang menampilkan sosok yang mirip Luna Maya, Cut Tari dan Ariel Peterpan. Kendati tak berani menyimpannya dalam file handphone mereka memiliki rekaman adegan tersebut di flashdisk.
Menurut Adi (bukan nama sebenarnya) yang merupakan siswa kelas XI di salah satu sekolah menengah di Kota Solo, dirinya telah mendapatkan rekaman video tersebut beberapa hari lalu setelah marak pemberitaan mengenai adanya adegan porno oleh beberapa artis. Dia mengatakan, karena penasaran dirinya meminta rekaman itu dari salah seorang teman.
“Penasaran, karena di media massa sendiri apakah artis tersebut sebagai pelakunya,” jelas dia.
Beredarnya video porno tersebut di kalangan pelajar dinilai bukan hal yang istimewa. Ditambahkan Shella (bukan nama sebenarnya), sejumlah kawannya dengan terang-terangan mengaku masih memiliki rekaman video di handphonenya, meskipun beberapa waktu lalu pihak sekolah sempat mengadakan razia.
“Ada yang sudah tidak berani menyimpan di handphone karena takut dirazia tetapi tidak sebagian lainnya disimpan di flashdisk,” paparnya.
Menurut Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Trisni Utami, merebaknya video porno merupakan pengaruh globalisasi yang tidak diimbangi dengan peningkatan kontrol sosial di masyarakat. Akibatnya, pelajar yang seharusnya memanfaatkan internet untuk menunjang studinya justru membuka file-file porno. Menurutnya, pengaruh lingkungan dan kelompok di antara pelajar itu dinilai menjadi faktor pendukung sehingga hal-hal demikian dianggap lazim.
“Adanya peergroup yang tidak dibarengi dengan kontrol agama dan sosial, menjadikan hal tersebut lazim dikalangan pelajar,” jelas dia.
das