News
Jumat, 9 November 2012 - 03:54 WIB

Mahfud MD Duga Ada Mafia di Balik Pemberian Grasi Napi Narkoba

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA-– Pemberian grasi kepada gembong narkoba menuai kontroversi, pasalnya beberapa pihak menganggap narkoba adalah jenis kejahatan luar bisa dan pelakunya tidak bisa diberi ampun. Menanggapi hal itu, Ketua MK Mahfud MD menduga ada permainan mafia hingga tingkat istana terkait grasi tersebut.

“Saya menduga ada mafianya, betul apa yang dikatkan ketua Granat pak Hendri, ada orang yang sengaja bekerja untuk meringankan orang-orang yang dihukum dalam kasus narkoba,” kata Mahfud MD usai seminar usai bersama IKA Universitas Islam Indonesia (UII) di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (8/11/2012).

Advertisement

Mahfud menduga prakik mafia itu sudah masuk ke lembaga-lembaga negara seperti Mahkamah Agung, Kejaksaan, bahkan sampai lingkungan istana. Termasuk dalam pemberian grasi yang diberikan kepada Meirika Franola.

“Saya heran, SBY yang biasanya sangat teliti bisa kecolongan. Saya kenal Pak SBY orangnya sangat teliti dan hati-hati. Pasti permainan mafianya, mafia hebat dan mafia narkoba itu memang mafia yang sangat hebat. Ada yang menghubungi hakimnya, ada yang ke MA, kejaksaan dan macam-macam dan ini sekarang sudah berpengaruh ke lingkaran istana,” beber ketua IKA UII ini.

Dia sendiri tidak setuju dengan pengampunan terpidana kasus narkoba dengan jumlah besar. Hal itu dikarenakan narkoba adalah musuh utama negara dan harus diberantas.

Advertisement

“Dan ingat, narkoba itu kejahatan yang jauh lebih berbahaya dari korupsi, karena orang yang kecanduan narkoba itu bukan membunuh hidup, tetapi juga membunuh kehidupan,” tegasnya.

Sebelumnya, Pemerintah berencana akan mencabut grasi terpidana mati kasus narkoba Meirika Franola alias Ola (42). Keputusan ini diambil setelah Ola kedapatan menjadi otak penyelundupan dari balik penjara atas masuknya sabu-sabu 775 gram dari India ke Indonesia.

“Pertimbangan untuk pencabutan itu sangat-sangat besar kemungkinannya,” ujar Menko Polhukam Djoko Suyanto di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (6/11/2012).

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif