News
Jumat, 11 September 2020 - 03:20 WIB

Lupa Kerjakan PR, Siswa Dihukum Squad 100 Kali Lantas Meninggal

Indah Pranataning Tyas  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak sekolah di Thailand. (Nextshark)

Solopos.com, BANGKOK — Remaja Thailand meninggal usai dihukum gurunya. Siswa berusia 13 tahun itu dihukum gurunya melakukan 100 kali squad jongkok sebagai konsekuensi karena tidak mengerjakan PR. Akibat kematian remaja tersebut, pihak sekolah harus bertanggung jawab atas tragedi ini.

Pasien Positif Covid-19 Ponorogo Tambah 9, Salah Satunya Meninggal Dunia

Advertisement

Dilansir Nextshark, Kamis (10/8/2020), peristiwa ini diceritakan oleh paman remaja itu di Facebook, Pramot Eiamsuksai. Ia menjelaskan bahwa keponakannya, pertama kali jatuh sakit pada Senin (31/8/2020).

Kemudian keponakannya itu dilarikan di rumah sakit pada Rabu (2/9/2020), sebelum anak itu kembali bersekolah lagi keesokan harinya.

Sekembalinya ke kelas, guru anak lelaki tersebut bersikeras bahwa dia harus dihukum. Meskipun ia memiliki alasan yang kuat untuk tidak menyelesaikan tugasnya, emaja itu dipaksa untuk melakukan 100 lompatan squat.

Advertisement

Minta Surat Bebas Covid-19, Perawat 44 Tahun Malah Diperkosa Pejabat Kesehatan

Kronologi Siswa Meninggal Setelah Dihukum

Squad adalah gerakan pose berdiri setengah jongkok. Squad memang merupakan suatu olah raga yang mudah dan efektif untuk membuat tubuh menjadi lebih kuat dan sehat. Tetapi segala hal yang berlebihan akan membahayakan tubuh.

Diketahui siswa tersebut jatuh sakit lagi pada Jumat (4/9/2020). Orang tua remaja itu kemudian menyuruhnya untuk istirahat lebih awal. Namun anak itu tidak bangun keesokan harinya.

Advertisement

Menurut dokter, ia meninggal dalam tidurnya sekitar pukul tiga pagi karena kerusakan jantung. Tidak diketahui dengan pasti kondisi anak laki-laki tersebut, atau penyakit sebelum dia kembali ke sekolah.

OTW Rumah Sakit, Pasien Covid-19 Malah Diperkosa Sopir Ambulans

Pihak sekolah akhirnya menghubungi keluarga siswa itu pada Selasa (8/9/2020), dan meminta maaf atas apa yang terjadi. Pihak sekolah yang belum disebut namannya ini mengaku bertanggung jawab atas kematian anak laki laki tersebut.

Meski keluarga dari siswa tersebut marah, mereka ingin kasus tersebut menjadi contoh bagi guru, agar berpikir sebelum menghukum siswanya. Sedangkan tindakan investigasi pada sekolah tersebut belum diumumkan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif