News
Selasa, 30 Mei 2023 - 07:53 WIB

Luhut: Bukan Subsidi Kendaraan Listrik, Pajak Masuknya yang Dipotong 10%

Newswire  /  Abu Nadzib  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia (Wilmar Group), Master Parulian Tumagor dan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membantah kabar yang beredar luas tentang subsidi untuk pembelian mobil listrik yang ujung-ujungnya masuk ke produsen.

Menteri yang kerap disebut sebagai Lord Luhut itu menegaskan tidak ada uang negara yang keluar dalam program bantuan insentif untuk pembelian mobil listrik.

Advertisement

Menurut Luhut, yang dilakukan pemerintah adalah meringankan pajak masuk kendaraan listrik dan bukan mensubsidi harga kendaraan.

“Jadi kita tidak memberikan insentif, jangan keliru, tidak pernah kita menyebutkan insentif, yang kita berikan adalah kita potong pajaknya. Dari 11 menjadi 1 persen. Beda ya, jadi tidak ada uang negara yang keluar,” kata Luhut dalam China (Sichuan)-Indonesia Economic and Trade Conference, di Jakarta, seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

Advertisement

“Jadi kita tidak memberikan insentif, jangan keliru, tidak pernah kita menyebutkan insentif, yang kita berikan adalah kita potong pajaknya. Dari 11 menjadi 1 persen. Beda ya, jadi tidak ada uang negara yang keluar,” kata Luhut dalam China (Sichuan)-Indonesia Economic and Trade Conference, di Jakarta, seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

Sebagai informasi, pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberian bantuan untuk pembelian kendaraan listrik roda dua, yakni berupa potongan harga sebesar Rp7 juta untuk pembelian satu unit kendaraan listrik roda dua.

Bantuan sebesar Rp7 juta juga diberikan untuk konversi sepeda motor konvensional menjadi kendaraan listrik.

Advertisement

Luhut menegaskan tentang komitmen Indonesia untuk bisa mengurangi emisi dari sektor transportasi melalui adopsi kendaraan listrik.

Pemerintah bahkan menargetkan peralihan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) ke energi listrik mulai dari bus, motor dan mobil.

“Jadi Jakarta ini air quality-nya (kualitas udaranya) kan jelek. Jadi kalau kita kurangi bus (konvensional), bus ini kita targetkan 5 tahun habis, kemudian sepeda motor, kemudian mobil,” katanya pula.

Advertisement

Luhut juga menyebut peralihan dari kendaraan berbasis BBM ke kendaraan berbasis listrik akan turut menghemat keuangan negara.

Hal itu lantaran impor energi bisa mencapai 35 miliar dolar AS per tahun.

“Anda bisa bayangkan. Kalau kita kurangi mobil (konvensional) ini, kita kurangi motor, kita kurangi lagi nanti yang lain, kita akan bisa kurangi impor kita,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif