News
Senin, 25 Oktober 2021 - 18:53 WIB

Lindungi Kawannya, Gajah di Afsel Injak Pemburu Liar hingga Meninggal

Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hewan gajah (ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, CAPE TOWN — Seekor gajah dilaporkan telah menginjak-injak pemburu ilegal atau liar hingga meninggal dunia untuk menyelamatkan kawanannya.

Dilansir Liputan6 dari laman Daily Star, Minggu (24/10/2021), penemuan mengejutkan itu terjadi setelah seorang penjaga taman menemukan tubuh manusia yang rusak di Taman Nasional Kruger (TNK), Afrika Selatan, pada Kamis 21 Oktober dalam operasi patroli untuk memerangi perburuan ilegal hewan.

Advertisement

Anehnya, ponsel pemburu ilegal itu selamat dari insiden dan telah diberikan pada polisi. Polisi bermaksud mengakses ponsel untuk melacak orang lain yang terlibat dalam percobaan perburuan.

Juru bicara taman, Isaac Phaahla mengatakan penyelidikan awal menduga bahwa korban dibunuh oleh seekor gajah dan ditinggalkan oleh teman-temannya.

Advertisement

Juru bicara taman, Isaac Phaahla mengatakan penyelidikan awal menduga bahwa korban dibunuh oleh seekor gajah dan ditinggalkan oleh teman-temannya.

Baca Juga: Lukisan Picasso Terjual Hampir Rp1,5 Triliun dalam Lelang di Las Vegas

“Tidak ada hewan yang terbunuh di sekitar lokasi. Pengelola TNK terus memperingatkan para pemburu liar bahwa berburu secara ilegal itu berbahaya. Penjahat akan kehilangan nyawa dan kebebasan mereka,” ujar Isaac.

Advertisement

Perburuan ilegal gajah juga dapat menyebabkan evolusi gajah tidak lagi memiliki gading. Gading adalah salah satu ciri khas gajah yang membantunya mengangkat dahan yang berat, menumbangkan pohon, mengupas kulit kayu, berkelahi, dan menggali lubang untuk menemukan air. Tapi, mengutip CNN, Sabtu (23/10/2021, semakin banyak gajah betina di Taman Nasional Gorongosa Mozambik lahir tanpa gading.

Para ilmuwan mengatakan ini adalah reaksi evolusioner terhadap pembunuhan brutal gajah untuk diambil gadingnya selama perang saudara 15 tahun di negara itu. Para ahli gajah yang bekerja di taman nasional mulai memperhatikan fenomena tersebut setelah perang berakhir pada 1992.

Baca Juga: Mirip Pablo Escobar, Raja Narkoba Paling Dicari di Kolombia Tertangkap

Advertisement

Seorang profesor ilmu satwa liar di Universitas Idaho, Ryan Long mengatakan, data lapangan dan analisa rekaman video menemukan, proporsi gajah betina tanpa gading meningkat lebih dari tiga kali lipat antara tahun 1972 dan 2000. Itu adalah periode populasi gajah anjlok dari sekitar 2.000 jadi hanya sekitar 250 individu.

“Selama perang, Gorongosa pada dasarnya adalah pusat geografis konflik. Akibatnya ada sejumlah besar tentara di daerah itu dan banyak motivasi terkait untuk membunuh gajah dan menjual gadingnya demi membeli senjata dan amunisi. Tingkat perburuan yang dihasilkan sangat intens,”kata Long.

Para ilmuwan sekarang memiliki pemahaman lebih baik tentang dasar genetik gading dan mengapa hal itu tampaknya hanya memengaruhi gajah betina, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science pada Kamis, 21 Oktober 2021. Analisa menunjukkan bahwa gajah betina tanpa gading lima kali lebih mungkin bertahan hidup selama periode 28 tahun.

Advertisement

Karena itu, adaptasi dinilai sangat tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Gading memang terbentuk secara alami, dan hanya pada gajah betina, meski tidak ada perburuan, tapi biasanya hanya pada sebagian kecil gajah. Di Gorongosa pada 1970-an, 18,5 persen gajah betina tidak memiliki gading, sementara tiga dekade kemudian 51 persen memilikinya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif