News
Selasa, 28 November 2017 - 16:03 WIB

Letusan Besar, Gunung Agung Mulai Lontarkan Batu Panas

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Asap dan abu vulkanik menyembur dari kawah Gunung Agung di Desa Datah, Karangasem, Bali, Senin (27/11/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Nyoman Budhiana).

Letusan Gunung Agung mulai melontarkan batu panas yang pernah terjadi dalam letusan pada 1963.

Solopos.com, JAKARTA — Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani menyatakan, gempa tremor dan letusan paling besar dari aktivitas Gunung Agung baru saja terjadi, Selasa (28/11/2017) siang sekitar pukul 13.40 WITA.

Advertisement

Dibandingkan dengan erupsi sejak ditetapkan status Awas kemarin, kata Kasbani, siang ini gempa tremor yang diikuti letusan di puncak gunung semakin meningkat.

“Barusan semakin tinggi. Ada gempa tremor dan letusan yang sangat besar. Pada letusan-letusan sebelumnya belum ada lontaran batu,” kata Kasbani saat dihubungi Anadolu Agency, Selasa, yang dikutip oleh Suara.com.

Advertisement

“Barusan semakin tinggi. Ada gempa tremor dan letusan yang sangat besar. Pada letusan-letusan sebelumnya belum ada lontaran batu,” kata Kasbani saat dihubungi Anadolu Agency, Selasa, yang dikutip oleh Suara.com.

Dia menambahkan, secara kasat letusan terbesar itu memang tidak terlihat. Hal itu disebabkan kondisi puncak Gunung Agung yang sedang berawan.

“Tetapi di daerah Kubu Desa Dukuh yang berjarak 4 kilometer sudah ada lontaran batu. Dan dari pemantauan kami, gempa tremor yang terakhir itu mentok semua [over scale],” imbuh Kasbani.

Advertisement

Jika terjadi erupsi, kata Kasbani, potensi bahaya utama yang dapat terjadi dalam radius 8 km adalah jatuhan batu piroklastik dengan ukuran sama atau lebih besar dari 6 cm.

“Hasil pemodelan potensi sebaran hujan abu menunjukkan bahwa jika terjadi erupsi saat ini dengan asumsi indeks eksplosivitas erupsi VEI Ill maka sektor barat, barat laut dan utara dari Gunung Agung adalah sektor yang paling terancam. Sektor tersebut berpotensi terlanda hujan abu lebat dengan ketebalan maksimum mencapai 1,6 meter [hingga radius 15 km dari puncak] dan ketebalan maksimum 0,4 meter [hingga radius 30 km dari puncak],” kata dia.

Sedangkan sebaran abu vulkanik di udara berpotensi lebih luas, dan dapat mengganggu penerbangan dari dan ke Bali, Lombok, Surabaya, dan Banyuwangi. Namun mengenai potensi gangguan abu vulkanik di udara sangat tergantung arah dan kecepatan angin.

Advertisement

Sedangkan aliran piroklastik (awan panas) bisa muncul jika erupsi pembuka memiliki volume erupsi 5 juta m3. Awan panas berpotensi meluncur ke sektor utara-timur laut, tenggara, dan selatan-barat daya dengan jangkauan sekitar 10 km dalam waktu kurang dari 3 menit.

Namun jika volume erupsi melebihi 10 juta m3, maka aliran piroklastika dapat berpotensi meluncur ke sektor utara-timur laut, tenggara,
dan selatan-barat daya dengan jangkauan melebihi 10 km. Oleh karena itu, ke depan PVMBG dapat mengubah rekomendasi gunungapi sesuai dengan perkembangan data pemantauan terbaru.

“Ancaman bahaya aliran piroklastik [awan panas] tersebut di atas maupun aliran lava utamanya berada pada sektor utara lereng Gunung Agung terutama di daerah aliran Sungai Tukad Tulamben, Tukad Daya, Tukad Celagi yang berhulu di area bukaan kawah, pada sektor Tenggara terutama di daerah aliran Sungai Tukad Bumbung, dan pada sektor Selatan-Baratdaya terutama di daerah Pati, Tukad Panglan, dan Tukad Jabah.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif