News
Senin, 28 Juli 2014 - 10:45 WIB

LEBARAN 2014 : Jokowi-JK Diharapkan Dapat Menjadikan Agama Sebagai Pengawal Moralitas Bangsa

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sultan Menyalami Peserta Salat Idulfitri. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Harianjogja.com, JOGJA – Kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla diharapkan dapat menjadikan agama sebagai pengawal moralitas bangsa. Pernyataan ini disampaikan dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH-UII) Jogja, Jawahir Thontowi.

“Umat Islam meyakini bahwa dasar filsafat bangsa dan negara yakni Pancasila sebagai suatu grand design sekaligus sebagai payung kebersamaan harus selalu diperkuat, dipelihara, diperkaya, dan dilindungi,” katanya di Jogja saat memberikan khotbah salat Idul Fitri di Alun-alun Utara, Senin (28/7/2014).

Advertisement

Dalam khotbah syang diikuti ribuan jamaah termasuk Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Jawahir mengatakan tidak mungkin dasar rasionalitas, intuisi dan imajinasi politik dikembangkan tanpa dikawal wahyu sebagai moralitas universal dengan interpretasi aktual dan konstektual.

Menurut dia, pembangunan budaya perdamaian, perilaku santun, saling menghormati, menerima, dan menolong sebagai wujud persaudaraan dan persatuan sebagai bangsa merupakan kewajiban rakyat Indonesia yang terikat hukum dasar yang digunakan untuk menggalang rekonsiliasi.

“Hal itu tidak hanya untuk kepentingan Bangsa Indonesia tetapi juga untuk menekan pemimpin dunia agar gencatan senjata dan agresi Israel terhadap Palestina segera berakhir,” kata Direktur Pusat Studi Pembangunan Hukum Lokal UII itu.

Advertisement

Ia mengatakan 1 Syawal 1435 Hijriah menjadi momentum hari kemenangan umat Islam, bukan sekadar ketika mampu menjadikan ibadah puasa berfungsi bagi pengendalian diri atau hawa nafsu yang berimbang pada kebahagiaan individual.

Namun juga harus dibuktikan pada terselenggaranya peran negara dalam memelihara keamanan, ketertiban, dan stabilitas negara dan pemerintahan. Menurut dia, imbas masholihul mursalah dengan ibadah puasa pada bulan suci Ramadhan mampu secara efektif membangun rekonsiliasi nasional.

“Dalam konteks itu dua golongan pendukung pasangan capres-cawapres dapat sportif, kesatria, dan gentlement agreement untuk saling menghormati dan menerima serta toleran dan membantu demi kepentingan Bangsa Indonesia lebih baik ke depan,” kata Jawahir.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif