News
Minggu, 1 September 2019 - 19:05 WIB

Larungan di Telaga Ngebel, Ungkapan Syukur Masyarakat Ponorogo Atas Limpahan Rezeki

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, PONOROGO — Pemerintah Kabupaten Ponorogo  menggelar tradisi Larungan buceng untuk merayakan 1 Sura atau Tahun Baru 1 Muharam 1441 Hijriah di Telaga Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Minggu (1/9/2019) siang.

Tradisi larungan yang rutin digelar ini menyedot perhatian ribuan wisatawan baik lokal maupun luar Ponorogo.

Advertisement

Pantauan Madiunpos.com di lokasi, ribuan orang memadati sepanjang kawasan Telaga Ngebel. Wisatawan semakin antusias saat rombongan kirab buceng atau tumpeng mulai berjalan.

Advertisement

Ada lima buceng besar yang dikirab keliling Telaga Ngebel itu, empat buceng terdiri dari buah-buahan serta sayur-sayuran. Sedangkan satu buceng lainnya berisi nasi merah.

Sebelum buceng dikirab, terlebih dahulu para penari menyajikan tarian pembuka. Setelah itu seluruh buceng itu dibawa petugas mengelilingi Telaga Ngebel.

Advertisement

Ada warga mendapat sebutir terong, ada yang mendapat salak, jeruk, tomat, dan lainnya. Kecerian tergambar dari seluruh masyarakat yang berebut isian buceng.

Sedangkan satu buceng nasi merah dilarung di Telaga Ngebel. Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni beserta sejumlah pejabat Pemkab Ponorogo ikut dalam prosesi melarung buceng tersebut.

Advertisement

Para pejabat menaiki perahu yang disediakan. Sesampainya di tengah Telaga Ngebel, Bupati Ipong kemudian melarung buceng tersebut. Seusai melarung buceng, Ipong beserta seluruh pejabat teras Pemkab Ponorogo kembali ke panggung utama.

Kepada wartawan, Ipong menyampaikan Larungan di Telaga Ngebel merupakan satu dari puluhan kegiatan yang digelar selama perayaan Grebeg Sura 2019. Tradisi Larungan ini sudah ada sejak 70 tahun silam.

Advertisement

“Larungan Telaga Ngebel ini sebagai bukti perwujudan rasa syukur Masyarakat Ponorogo atas rezeki yang telah diterima setahun ini,” kata Bupati Ponorogo.

Dalam tradisi Jawa,syukuran ini diwujudkan dalam bentuk sedekah hasil panen bumi. Seperti hasil pertanian maupun perkebunan masyarakat.

“Jadi ada yang dimakan bersama dan ada yang dilarungkan ke telaga,” ujar Bupati. (Advetorial)

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif